Mohon tunggu...
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto
Ekri Pranata Ferdinand Baifeto Mohon Tunggu... Human Resources - Timor Tengah Selatan

Seorang pengagum berat Cristiano Ronaldo dan pemakan segala kacuali durian. Menyelesaikan studi S1 Pendidikan Fisika di Institut Pendidikan SoE, S2 Pendidikan Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia, dan saat ini sedang menempuh studi doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia serta Magister Ministry Marketplace (S2) di Sekolah Tinggi Theologi Bandung. Menyukai banyak hal; sains, musik, sepak bola, seni, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuntutan Adat-Budaya Vs Logika

13 April 2019   20:00 Diperbarui: 14 April 2019   11:09 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naketi (Pengakuan Dosa)

Naketi adalah istilah dalam bahasa Timor (Dawan) di NTT yang memiliki arti pengakuan dosa terhadap kesalahan yang mengakibatkan seseorang mengalami sakit atau musibah. Naketi atau pengakuan dosa ini dilakukan secara adat. Penghargaan terhadap naketi ini sangat tinggi. Seseorang yang mengalami musibah atau sakit bahkan meninggal dunia dapat dikatakan penyebabnya karena meniadakan naketi atau karena salah dalam penuturan naketi-nya.

Tel Nobi

Dalam terjemahannya dari bahasa Timor (Dawan), Tel=injak/pijak, Nobi=bekas kaki. Tel Nobi adalah salah satu bagian ritual dalam adat pernikahan orang Timor. Tel Nobi dilakukan oleh keluarga mempelai perempuan dimana setelah menikah keluarga dari mempelai perempuan diharuskan untuk pergi ke keluarga mempelai laki-laki dengan membawa barang-barang tertentu sebagai ‘antaran’. Jika hal ini tidak dilakukan maka si perempuan tidak diperbolehkan bertemu dengan keluarganya sama sekali. Konsekuensi dari melanggar aturan ini adalah akan ada musibah yang terjadi di keluarga tersebut bahkan bisa mendatangkan kematian.

Sekarang mari kita mencoba menilai secara logika terhadap kedua contoh kasus di atas. Pertama, belis tidak harus mahal. Mahalnya belis disebabkan karena tuntutan keluarga dan gengsi semata. Secara akal sehat, daripada menuntut belis yang mahal lebih baik belis yang mahal itu digunakan untuk membangun keluarga baru tersebut. Tuntutan belis dapat dipenuhi tanpa harus merugikan diri sendiri dan keluarga. Apalagi jika tutuntutan belis sampai membuat seseorang harus berhutang demi hal itu. Tentu saja hal ini menjadi beban bagi yang bersangkutan. 

Kedua, naketi tidak menyembuhkan penyakit dan menyelesaikan masalah. Penyakit dan masalah yang timbul juga bukan kerena akibat dari naketi. Jika seseorang mengalami musibah atau sakit maka yang harus dilakukan adalah mencari tahu penyebab dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut;musibah atau penyakit. Ini adalah beberapa contoh dari sekian banyak adat dan budaya yang perlu untuk disikapi dengan baik dengan menggunakan logika yang sehat.

belis-moko-5cb1c180cc5283197463fd88.jpg
belis-moko-5cb1c180cc5283197463fd88.jpg
                                                                                                                                      Contoh proses belis di NTT

Ketiga, mengabaikan Tel Nobi menyebabkan hubungan antar keluarga menjadi putus. Seharusnya adat seperti ini mempererat bukan memutuskan tali kekeluargaan.seorang anak lahirdan seharusnya lebih terikat pada family relations-nya bukan-dan seharusnya tidak-tergantung pada adat. seharusnya hal seperti ini bisa dikondisikan dan tidak tidak mengikat.

 Karena itu, pada kesempatan ini saya mengajak kita untuk berpikir dan menilai tentang bagaimana penerapan adat dan kebudayaan dalam dalam kehidupan kita sehari-hari. Tulisan ini bukan untuk menjelekkan atau menghilangkan adat dan budaya yang ada. Adat dan budaya harus tetap dihargai sebagai warisan nenek moyang kita yang berharga.

Manusia juga dapat belajar dari adat dan budaya yang ada. Akan tetapi janganlah memposisikan nilai adat dan budaya lebih tinggi daripada nilai seorang manusia. Adat dan budaya seharusnya berada dibawah kontrol manusia bukan sebaliknya. Tujuan adat dan budaya diciptakan adalah untuk kepentingan manusia yang harusnya mendatangkan kebahagiaan dan bukannya menjadi beban dan kesusahan bagi yang menjalaninya.

Karena itu, sepenting-pentingnya adat dan kebudayaan, akal sehat dan pertimbangan-pertimbangan yang baik juga harus kita gunakan dalam menjalaninya agar keuntungan dan kebahagiaan yang kita peroleh bukan kerugian dan kesusahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun