"Lha memangnya apa status WA-nya Pak Estu, Mo?"
"Yo cek sendiri lah. Kayak nggak punya HP saja lho."
"Paketan habis, Mooooo."
"Ini lho. Status WA warga sini kan rata-rata mengenai pilihan ketua RT bulan depan to? Ada yang bikin status tulisan panjang mendukung Yu Keti. Ada ibu-ibu yang bareng-bareng nyanyi lagu Rungkad. Yang liriknya sudah diganti untuk mendukung Pak Arto Mbedhudhak. Ada yang menyindir-nyindir orang lain yang beda pilihan dengan pilihan dia. Lha Pak Estu ini statusnya kok jajanaaaan saja lho."
Sastro Carik yang langsung menutul-nutul HPnya untuk mengecek status WA orang-orang, ikut-ikutan urun rembug.
"Oh iyo ki. Ini tadi tak cek status Pak Estu hari ini gambar klepon. Kemarin plenggong. Kemarinnya lagi lopis. Apa nggak ingin nyetatus mendukung calon ketua RT kita gitu lho Pak? Biar kita ini bisa dapat insight. Dapat inspirasi siapa yang sebaiknya dipilih gitu lho Pak."
"Lha nggih lho Pak Estu. Kita ini perlu petunjuk dari para winasis  seperti Pak Estu ini. Siapa sebaiknya yang kita pilih. Semua calon kan hebat-hebat to? Yu Keti bukan saja cantik. Tapi juga pinter, lincah, gandhes luwes dan memukau."
"Huuuu...kamu itu memang pemuja rahasianya Yu Keti kok."
"Ora ngono. Tadi kan aku sudah bilang. Calon ketua RT kita itu sama hebatnya. Selain Yu Keti kan ada Pak Arto Mbedhudhak. Orangnya kaya. RT kita mesti maju kalau dipimpin orang yang kaya. Lha kegiatan apapun pasti didhekengi Pak RT. Dhekengan pusat. Iyo po ra?"
"Lalu Pak Kuat Toer Rosa itu kan pendekar pilih tanding. Kalau ketua RT kita Pak Kuat, pasti kampung kita ini aman dari maling dan disegani RT-RT lain."
"Iya lho Pak Estu. Mbok kita ini di-spill siapa yang cocok jadi ketua RT kita, gitu lho."