Dan malam itu, aplikasi belum berhasil diperbaiki.
Besok paginya, mahasiswa itu kembali mengotak-atik komputer mereka. Mereka tidak terlihat santai. Bahkan nampak begitu suntuk.
Jam sebelas pagi, tiba-tiba terdengar suara motor dengan knalpot plong-plongan memasuki halaman rumah Pak Kamituwa. Waduh ternyata si bocah mbeling, Bagas anaknya Pak Lantip, anak SMK yang sering bolos sekolah dan lebih suka nongkrong di warnet kampung saya.
Setelah mengucapkan salam, ia langsung masuk rumah dan mendekati mahasiswa yang sedang bekerja itu. Selama setengah jam ia ikut memperhatikan layar laptop. Tiba-tiba, Bagas berkata.
"Mas, coba dinaikkan sedikit mas."
Para mahasiswa yang tidak siap dengan interupsi itu melihat kepada Bagas. Tapi mereka menuruti permintaanya.
"Ke atas lagi Mas. Nah stop."
Bagas melihat layar laptop itu untuk beberapa saat. Wah kok kayak paham saja si Bagas itu, pikir saya. Tapi Bagas lalu berkata:
"Boleh saya bantu ngetik Mas?"
"Mmm...boleh-boleh." Jawab mahasiswa itu dengan enggan tapi ia berdiri dari kursinya dan membiarkan Bagas duduk di kursi itu.
Wah kurang ajar betul. Dengan belagak ahli, si Bagas itu mengetik di laptop. Sekitar lima menit kemudian, ia berkata: