Oh, saya baru sadar, mengapa saya mengiyakan permintaan Satemo Dokar untuk mampir ke rumahnya hanya untuk melihat dia sedang dipotong rambutnya oleh sang istri. Saya ingin bernostalgia dengan suasana potong rambut di masa kecil saya dulu: memotong rambut di tempat terbuka di bawah pohon yang teduh.
Yaahhh, sepertinya ada hukum alam yang harus selalu terjadi sampai kapan pun. Setiap ada satu yang datang, harus ada dua yang hilang.
Ketika tukang potong rambut sudah menempati ruangan, tidak hanya tukang potong rambut di tempat terbuka yang hilang. Tapi juga suasananya. Bukan hanya perkara tukang potong rambut saya kira. Ada banyak contoh-contoh yang lain.
Lima belas menit sudah saya duduk di tangga rumah Satemo. Tanpa sadar saya menarik napas dalam-dalam. Rambut Satemo sudah rapi jali di tangan istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H