Dengan mengambil seting di California Selatan, Dry berkisah tentang terhentinya pasokan air hingga menimbulkan kekacauan. Dengan gaya bertutur yang lincah, novel ini sukses menciptakan atmosfir yang mencekam ketika saya membacanya.
Bahkan kesuraman cerita itu terus membayang-bayangi pikiran saya meski saya telah selesai membacanya. Novel ini kemudian juga mempengaruhi aktivitas keseharian saya. Ketika melihat air di bak mandi saya lalu berpikir bahwa sumber daya alam ini bisa saja hilang setiap saat. Saya jadi tergugah untuk menggunakan air secermat mungkin.
Setelah beberapa hari berselang, bukan hanya kesadaran untuk menjaga kelestarian air yang timbul dalam pikiran saya, tetapi juga timbul pertanyaan mengapa novel yang saya baca itu bisa meninggalkan kesan yang sedemikan dalam? Dan juga menggerakkan saya untuk berbuat sesuatu walaupun dalam skala yang kecil?
 Menurut Daniel Kahneman, pengetahuan yang timbul dari emosi lebih efektif dalam memengaruhi perilaku ketimbang pengetahuan rasional. Bisa jadi selama ini kita sudah mendapatkan banyak fakta tentang krisis iklim. Tapi fakta-fakta itu sama sekali tidak menyentuh emosi kita. Akibatnya ia hanya berhenti sebagai pengetahuan, bukan sebagai aksi nyata.
Dulu saya tidak bisa memahami mengapa tetralogi Buru Pramoedya Ananta Toer dilarang beredar. Tapi ketika akhirnya saya bisa membaca buku itu saya baru tahu bahwa buku-buku Pramoedya itu bisa menggugah kesadaran, menimbulkan empati, dan mendorong orang untuk bereaksi. Buku fiksi yang ditulis dengan baik bisa menimbulkan dampak sedemikian besar.
Karena itu, buku-buku fiksi tentang krisis iklim sudah pasti akan memberikan dampak positif yang serupa. Saya lalu membayangkan di masa mendatang akan muncul novelis-novelis hebat yang menulis tentang krisis iklim.
Lalu buku-buku itu dibaca secara luas. Diulas di mana-mana dalam jangka waktu yang lama hingga timbul kesadaran dan kesepakatan kolektif secara sukarela untuk bersama-sama berbuat sesuatu untuk mengatasi perubahan iklim.
Saya membayangkan di masa mendatang ada buku sains fiksi tentang krisis iklim yang demikian memukau dan mempunyai daya gerak yang besar sehingga orang-orang yang tidak percaya dengan pemanasan global merasa perlu untuk melarang peredaran buku tersebut.
Apakah fiksi benar-benar bisa menyelamatkan bumi dan manusia dari kepunahan? Saya rasa tidak sesederhana itu. Tapi, selain alasan lebih melibatkan emosi, buku fiksi akan lebih banyak dibaca orang daripada laporan penelitian.
Ketika semakin banyak orang yang tergerak untuk menyuarakan krisis iklim, akan semakin besar tekanan kepada pemimpin-pemimpin negara untuk bertindak lebih cepat dan kongkrit menanggulangi perubahan iklim.
Fiksi mungkin bukan satu-satunya solusi yang masuk akal. Tapi setidaknya fiksi bisa memberikan harapan.