Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia Nikmatnya Cah Kangkung, Ikan Pindang, dan Tempe: Ekspresi Budaya Kuliner Indonesia yang Harus Dilestarikan

17 September 2024   12:40 Diperbarui: 17 September 2024   14:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 

Ketika makan dengan Cah Kangkung, Ikan Pindang, dan Tempe, hutang-hutang terasa hilang. Maklum, wong rasanya enak banget, hingga pikiran hanya terfokus pada rasa nikmat hehehe. Pingin? Cusss berangkat!

Cah kangkung, ikan pindang, dan tempe adalah makanan yang sudah populer di Indonesia sejak lama. Ketiga jenis makanan ini menjadi pilihan banyak masyarakat karena mudah didapatkan, harga terjangkau, serta rasanya yang lezat dan gurih. Walaupun makanan-makanan ini sering dianggap sebagai makanan pedesaan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kini sudah banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat yang menyukai dan mengonsumsinya.

Cah kangkung, ikan pindang, dan tempe sudah mengakar kuat di Indonesia. Cah kangkung berasal dari Jawa dan diperkirakan sudah populer sejak lama, terutama di kalangan para petani. Sebagai makanan olahan sayuran dengan bumbu rempah yang khas, cah kangkung menjadi menu yang sering ditemukan dalam berbagai acara, baik formal maupun informal.

Sementara itu, ikan pindang sudah menjadi makanan khas dari Jawa sejak lama. Ikan yang diasap dan dikeringkan kemudian diberi bumbu-bumbu khas dan dimasak dengan cara direbus atau digoreng. Ikan pindang sering dihidangkan sebagai lauk pendamping nasi putih, terutama di wilayah Jawa Timur.

Di sisi lain, tempe merupakan makanan tradisional yang populer di Jawa. Tempe terbuat dari kedelai yang difermentasi oleh jamur Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae, sehingga menghasilkan produk yang kaya akan nutrisi dan protein tinggi. Tempe sering diolah dengan cara digoreng, direbus, atau diolah menjadi makanan campuran, seperti nasi goreng atau capcay.

Meskipun ketiga makanan ini berasal dari kawasan yang berbeda di Indonesia, semua makanan ini memiliki beberapa kesamaan dalam hal bahan-bahan dasar dan rempah-rempah yang digunakan. Adanya pengaruh dari masakan Tionghoa dan India juga terlihat pada penggunaan bumbu-bumbu yang kaya akan rempah seperti kunyit, ketumbar, jahe, dan bawang putih.

Seiring berjalannya waktu, cah kangkung, ikan pindang, dan tempe menjadi semakin populer dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner Indonesia. Namun, dengan semakin berkembangnya kebudayaan global dan dampak dari media sosial, bagaimana cara menyikapi tantangan untuk mempertahankan nilai tradisional makanan-makanan ini dan mempromosikannya ke dunia luar, tetap menjadi persoalan yang harus diatasi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan pemahaman tentang sejarah dan budaya di balik makanan-makanan tersebut, serta pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan tradisional itu sendiri. Salah satu langkah dalam mempromosikan keberadaan cah kangkung, ikan pindang, dan tempe adalah dengan menonjolkan bahan-bahan segar dan sumber daya alam yang tersedia di Indonesia.

Keberadaan cah kangkung, ikan pindang, dan tempe tidak hanya menjadi makanan yang nikmat, tetapi juga memiliki peran penting dalam ekonomi dan sosial di Indonesia, terutama dalam sektor pertanian dan perikanan. Banyak petani dan nelayan yang menghasilkan bahan-bahan untuk makanan-makanan ini, sehingga meningkatkan pendapatan mereka.

Namun, produksi makanan tradisional ini seiring waktu juga menghadapi tantangan dalam mewujudkan keselarasan lingkungan. Masalah lingkungan yang sedang berkembang di Indonesia saat ini, seperti penebangan hutan dan degradasi lahan, berdampak pada kondisi lingkungan dan mengancam produksi pangan.

Untuk itu, para produsen dan periset telah mencoba untuk menerapkan solusi alternatif seperti pertanian berkelanjutan dan penggunaan teknologi terbaru untuk mempertahankan produksi makanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Satu hal yang tidak boleh terlupakan adalah bahwa makanan-makanan tradisional seperti cah kangkung, ikan pindang, dan tempe adalah bagian dari identitas budaya di Indonesia. Nilai-nilai dan praktik budaya ini dapat dibagikan ke seluruh dunia melalui promosi yang tepat dan disertai dengan inovasi dalam penyajian.

Upaya tersebut tidak bisa dilakukan tanpa dukungan yang kuat dari masyarakat. Melalui dukungan masyarakat yang menyadari nilai-nilai budaya dan kesehatan dalam makanan tradisional ini, kita dapat mempertahankan keanekaragaman pangan dan budaya yang dimiliki Indonesia dan meningkatkan pengakuan global untuk makanan-makanan tradisional yang nikmat ini.

Dalam rangka mempertahankan identitas kuliner Indonesia, upaya dalam mempromosikan cah kangkung, ikan pindang, dan tempe, sebagai makanan tradisional yang sehat dan lezat, harus terus dicoba dan dipertahankan. Kini, banyak restoran dan hotel-hotel Indonesia yang memasukkan makanan tradisional ini ke dalam menu mereka, dan ini memberikan peluang yang sangat besar untuk promosi makanan-makanan tersebut ke dunia luar Indonesia.

Produk-produk makanan yang berkualitas tinggi, alternatif pengolahan untuk memasak, dan promosi yang tepat akan membantu memperluas pasar dan membuka peluang untuk lebih banyak orang mencoba cah kangkung, ikan pindang, dan tempe. Sehingga, makanan-makanan yang terkesan ketinggalan zaman ini bisa menjadi ramuan makanan global yang populer dan digemari.

Selain mempromosikan cah kangkung, ikan pindang, dan tempe ke pasar global, perlu dilakukan juga program edukasi dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk memahami pentingnya menjaga dan melestarikan keanekaragaman pangan Indonesia, terutama dengan mempertahankan tradisi dan budaya setempat.

Pengetahuan tentang bahan-bahan, teknik memasak yang tepat, dan nilai gizi yang terkandung dalam makanan tradisional harus dipromosikan melalui kampanye dan acara di masyarakat, dengan melibatkan para ahli bidang gizi, koki profesional, dan masyarakat lokal.

Pengenalan teknologi terbaru untuk memasak makanan tradisional, seperti teknologi pengeringan sinar matahari dan teknik fermentasi yang lebih modern, akan memberikan dampak positif terhadap ketersediaan pangan yang ramah lingkungan dan memudahkan masyarakat dalam meracik dan mengolah makanan tradisional, seperti tempe.

Dengan semakin berkembangnya tren makanan sehat di kalangan masyarakat global, cah kangkung, ikan pindang, dan tempe memiliki peluang untuk berkembang sebagai makanan yang populer. Produk-produk makanan yang ramah lingkungan, secara teratur diolah serta disajikan dengan inovasi baru dalam penyajiannya, akan membuka peluang untuk mengembangkan jenis makanan Indonesia ke pasar internasional.

Ujungnya, keberhasilan promosi dan pemasaran makanan tradisional Indonesia, seperti cah kangkung, ikan pindang, dan tempe, dalam dunia global tergantung pada upaya kita dalam mengapresiasi nilai-nilai lokal, dan menjaganya untuk terus dikenali dan dihargai oleh dunia.

Dengan upaya kolaborasi dan dukungan masyarakat, diharapkan makanan tradisional Indonesia, seperti cah kangkung, ikan pindang, dan tempe tidak hanya dipandang sebagai makanan sehari-hari biasa, tetapi sebagai suatu nilai budaya yang unik dan jadi kebanggaan bagi negeri ini serta dapat menarik perhatian dunia dalam merespons keragaman dan keanekaragaman pangan.

Sekar Putih, 1792024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun