Oleh: Eko WindartoÂ
PDI Perjuangan membuat kejutan dengan memasangkan Pramono Anung dan Rano Karno menjadi kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Selama ini gak pernah muncul dalam bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta. Yang begitu ramai dibicarakan masyarakat DKI Jakarta adalah Anis Baswedan berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil A Hok. Ada apa gerangan, dan bagaimana dinamikanya?"
Setelah penelitian yang lebih mendalam, benar bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) telah membuat kejutan dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun ini dengan memasangkan Pramono Anung dan Rano Karno sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Pramono Anung adalah mantan Menteri Sekretaris Kabinet di bawah Pemerintahan Joko Widodo, sedangkan Rano Karno adalah mantan Gubernur Banten.
Banyak orang terkejut dengan keputusan ini, mengingat Pramono Anung tidak pernah muncul dalam bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya. Namun, menurut sumber-sumber PDIP, Pramono telah lama diincar sebagai calon gubernur oleh partai tersebut. Pemilihan Pramono Anung juga memberikan kejutan bagi warga Jakarta, karena ia bukan merupakan tokoh yang dikenal secara luas di Jakarta.
Meskipun begitu, PDIP memiliki beberapa alasan untuk memilih Pramono Anung sebagai calon gubernur. Pertama-tama, Pramono Anung adalah seorang politikus yang memiliki pengalaman dan latar belakang yang kuat di bidang pemerintahan dan manajemen. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PDIP dan kemudian dilantik menjadi Menteri Sekretaris Kabinet di bawah pemerintahan Joko Widodo. Selain itu, Pramono Anung juga memiliki kemampuan berbicara yang baik dan karisma yang sangat diperlukan dalam kampanye politik.
Selain Pramono Anung, PDIP juga menunjuk Rano Karno sebagai calon wakil gubernur. Rano Karno adalah seorang aktor dan produser film terkenal di Indonesia, dan ia telah memenangkan beberapa penghargaan untuk karyanya dalam industri film. Ia juga telah aktif terlibat dalam politik selama beberapa tahun terakhir, dan pernah menjadi anggota MPR dari Partai Golkar sebelum bergabung dengan PDIP.
Namun, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno masih harus menghadapi pesaing-pesaing kuat dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Salah satu pasangan calon yang paling sering dibicarakan adalah Ridwan Kamil dan Suswono.
Untuk mengatasi persaingan ini, pasangan Pramono-Rano akan harus menunjukkan kemampuan mereka dalam campaign politik, termasuk kemampuan mereka untuk berbicara dan mempengaruhi pemilih, serta kemampuan mereka dalam mengelola isu-isu penting di Jakarta, seperti kemacetan lalu lintas dan banjir. Mereka juga harus terus mengedepankan kampanye yang jujur dan tidak melakukan kampanye hitam atau kecurangan lainnya.
Namun, ada beberapa isu dan tekanan yang perlu diatasi oleh pasangan Pramono-Rano dalam kampanye politik mereka. Isu pertama adalah kurangnya popularitas dan dukungan dari warga Jakarta karena muncul secara tiba-tiba. Pasangan ini perlu mengedepankan kampanye yang lebih agresif dan kreatif untuk menarik perhatian agar dapat meningkatkan popularitas mereka di kalangan masyarakat.
Selain itu, pasangan ini juga harus bisa mengatasi kampanye hitam dan serangan dari pesaing mereka. Memastikan bahwa kampanye mereka jujur dan sesuai dengan etika politik dapat membantu memperkuat citra mereka di mata masyarakat.
Selain itu, pasangan ini juga perlu membahas dan menangani isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat Jakarta saat ini, seperti kemacetan lalu lintas dan banjir. Mereka harus memastikan bahwa program dan kolektivitas mereka untuk memecahkan masalah tersebut adalah benar-benar efektif dan dapat diimplementasikan dengan baik demi kesejahteraan masyarakat.
Untuk meningkatkan dukungan dari masyarakat, pasangan ini juga harus menyampaikan visi dan program jangka pendek dan jangka panjang mereka. Mereka harus dapat menarik perhatian masyarakat dengan ide-ide inovatif yang dapat membawa perubahan positif di DKI Jakarta dan membuat masyarakat merasa yakin bahwa mereka akan mampu mewujudkan visi tersebut.
Idealnya, kampanye yang diusung harus mencerminkan kondisi riil masyarakat sipil dari segi sosial-ekonomi, sosial-budaya, usia, gender, dan isu-isu lain yang mengakomodir kepentingan rakyat.
Selain itu, kampanye sosial media dapat menjadi salah satu cara untuk membangun kesadaran dan meningkatkan dukungan dari warga Jakarta bagi pasangan Pramono-Rano. Dalam kampanye ini, pasangan tersebut dapat menggunakan media sosial untuk mempublikasikan rencana kerja mereka dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang visi dan tujuan mereka untuk DKI Jakarta.
Dalam melaksanakan kampanye politik, pasangan Pramono-Rano juga harus mengedepankan keamanan dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat demi mencegah terjadinya penyebaran virus atau penyakit menular. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama bagi seluruh tim yang terlibat dalam kampanye politik.
Pasangan Pramono-Rano tentunya memiliki tantangan yang cukup besar dalam memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Namun, dengan program kerja yang jelas, kampanye yang agresif dan kreatif, serta menjaga integritas dan citra mereka sebagai pasangan calon yang jujur dan berdedikasi, mereka dapat meningkatkan dukungan dari masyarakat dan berhasil memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta secara adil dan transparan. Semoga tugas untuk memenangkan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dapat dicapai dengan baik dan sukses.
Terakhir, meskipun pasangan Pramono-Rano bukan pilihan utama masyarakat Jakarta, keputusan partai untuk memilih mereka kemungkinan telah melalui pertimbangan yang matang. Mereka telah mempertimbangkan profesi, kemampuan, popularitas dan latar belakang ke depan untuk membawa Jakarta lebih baik lagi. Dan pada akhirnya adalah suara rakyat yang akan menentukan siapa yang akan terpilih sebagai gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta selanjutnya.
Sekar Putih, 392024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H