minat para penulis untuk terlibat dalam penulisan buku ini membludak," ujar Satrio.Â
Sebanyak 133 penulis, yang bukan cuma anggota SATUPENA, menyatakan minatnya untuk berkontribusi.Â
Sampai batas waktu 12 Maret 2024, dari 133 penulis yang menyatakan minatnya itu tidak semua bisa mengirim tulisan. "Jumlah naskah yang akhirnya betul-betul sampai di tangan penyunting ada 77 tulisan," lanjut Satrio.Â
Satrio menjelaskan, dari 77 tulisan yang mereka kirim, yang dianggap layak untuk dimasukkan ke buku ini ada 74 tulisan. Kebetulan ada satu tulisan yang ditulis oleh 3 orang, sehingga total ada 76 penulis yang berkontribusi lewat 74 tulisan pada buku ini.
Buku setebal 410 halaman ini hanya dibuat dalam format PDF, tidak dicetak. "Bagi penulis atau pembaca yang membutuhkan buku versi cetak, dipersilakan untuk mengeprint sendiri," ucap Satrio.
Satrio berharap, semua tulisan di buku ini --dengan segala kelebihan dan kekurangannya---benar-benar bisa menjadi bukti kesaksian para penulis Indonesia tentang peristiwa bersejarah Pilpres 2024.Â
Mengutip sastrawan Pramoedya Ananta Toer, Satrio menyatakan, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
"Begitu pentingnya meninggalkan jejak tertulis dalam sejarah. Apalagi kesaksian tertulis terhadap sebuah peristiwa besar seperti Pilpres 2024, yang punya arti signifikan bagi 279,5 juta rakyat Indonesia," ujar Satrio.
Ditambahkan Satrio, proses Pemilu dan Pilpres 2024 di Indonesia diamati secara serius oleh dunia internasional karena posisi Indonesia dianggap penting.
"Mungkin kita di dalam negeri tidak begitu menyadari, tetapi faktanya posisi Indonesia kini sudah semakin dipandang dalam hubungan internasional. Peningkatan status Indonesia ini sejalan dengan makin besarnya kekuatan ekonomi negeri ini," lanjut Satrio.
Menurut proyeksi Standard Chartered, PDB Indonesia pada 2030 diprediksi mencapai $10,1 triliun atau naik hampir 3 kali lipat dari tahun 2017 ($3,2 triliun) dan akan berada di peringkat ke-4 negara dengan perekonomian terbesar dunia. Peringkat tersebut dihitung menurut nominal produk domestik bruto (PDB) atas dasar purchasing power parity.Â