Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Kehilangan Arsip Sastra di Facebook pada Pengguna, Sebuah Kajian Psikologi

21 Agustus 2024   13:53 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar RRI.co.id 

Oleh: Eko Windarto 

Kesalahan teknis dalam sebuah platform media sosial yang sering digunakan sebagai alat dokumentasi sastra dapat menyebabkan hilangnya arsip sastra yang sudah terkumpul selama bertahun-tahun. Ini tidak hanya membuat penggunanya kesal, marah, dan bercampur aduk antara perasaan, batin, serta emosi yang bergolak di dalam dada, tetapi juga membuat mereka merasa kehilangan sebagian besar dari keberadaan mereka di dunia maya.

Facebook, sebagai platform media sosial yang paling banyak digunakan di dunia, telah menjadi rumah bagi banyak pemilik dokumen sastra, mulai dari esai pribadi hingga puisi, cerita pendek, dan novel. Setiap pengguna Facebook dapat membuat akun dan mempublikasikan dokumen yang telah mereka buat sebagai arsip ke dalam profil mereka.

Namun, ketika masalah teknis muncul dan arsip kehilangan, maka hal tersebut bisa sangat menyakitkan, terutama bagi mereka yang memang menggunakannya sebagai sarana untuk berekspresi dan menyimpan kenangan-kenangan indah.

Baca juga: Psikologi Sastra

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang keuntungan dan kerugian penggunaan Facebook sebagai alat dokumentasi sastra. Kita juga akan membahas bagaimana Facebook dapat memperkuat atau melemahkan identitas dan kebudayaan seseorang, serta dampaknya saat arsip sastra hilang karena suatu alasan. Kita juga akan melihat perbandingan dengan media sosial dan platform lain dalam pembuatan arsip sastra serta pilihan etis yang harus dipertimbangkan dalam memposting dokumen sastra online. Terakhir, kita akan melihat inovasi teknologi yang dapat membantu dalam menyimpan dan mengelola arsip sastra dalam format digital dan prospek masa depan dari arsip sastra online serta penggunaannya di bidang sastra dan budaya.

Mari kita mulai dengan mengeksplorasi sejarah penciptaan Facebook sebagai platform untuk dokumentasi.

Facebook awalnya dibuat pada tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg, saat ia masih menjadi mahasiswa Harvard University. Awalnya, Facebook dibuat sebagai platform eksklusif untuk para mahasiswa Harvard untuk saling terhubung dan berbagi informasi. Kemudian, Facebook berkembang pesat dan membuka akses ke pengguna umum pada tahun 2006.

Seiring dengan waktu, Facebook menjadi tempat bagi para pengguna untuk berbagi konten mereka, termasuk dokumen sastra. Anda dapat membuat album foto atau menyimpan link ke dokumen yang telah Anda buat, atau bahkan mem-posting dokumen langsung di status Anda.

Salah satu keuntungan menggunakan Facebook sebagai alat dokumentasi sastra adalah kemudahan aksesibilitas. Hampir semua orang di seluruh dunia memiliki akses ke Facebook, yang membuatnya menjadi platform yang sangat mungkin bagi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk berbagi karya tulis mereka. Ini membuat arsip sastra menjadi lebih divers dan merepresentasikan berbagai jenis pengalaman yang ada di dunia.

Namun, penggunaan Facebook sebagai alat dokumentasi sastra datang dengan beberapa kerugian. Platform tersebut mengandung banyak kemungkinan kecelakaan teknis atau pelanggaran yang dapat menyebabkan hilangnya dokumen yang telah dibuat oleh pengguna tanpa dapat dikembalikan. Selain itu, seringkali dokumen yang diposting di Facebook kurang terorganisasi dan sulit dicari kembali jika harus dicari di kemudian hari.

Terlebih lagi, penggunaan Facebook sebagai platform dokumentasi sastra juga dapat mempengaruhi identitas seseorang serta kebudayaan mereka. Kebijakan Facebook yang terus berubah membuat beberapa pengguna ragu apakah keputusan mereka untuk mempertahankan dokumentasi sastra di dalam platform tersebut merupakan keputusan yang bijak.

Facebook juga memiliki standar tertentu tentang jenis konten yang dapat diposting dan seringkali pengguna diharuskan untuk memposting konten berdasarkan panduan nilai-nilai yang mungkin tidak selalu cocok dengan preferensi dan prinsip penggunanya.

Dalam beberapa kasus, pengguna Facebook telah kehilangan dokumen mereka yang berisi kenangan pribadi karena keputusan-keputusan yang diambil oleh Facebook, seperti ketika mereka membatasi akses ke konten tertentu hanya di negara tertentu atau ketika mereka melakukan tindakan sensorship.

Jadi, meskipun Facebook dapat menjadi platform yang sangat berguna untuk mendokumentasikan karya sastra, pengguna harus hati-hati sebelum sepenuhnya teknologi ini sebagai tempat untuk menyimpan arsip sastra. Pengguna harus terlebih dahulu mempertimbangkan risiko dan merencanakan backup mereka sendiri.

Namun, Facebook tidaklah satu-satunya platform yang dapat digunakan sebagai alat dokumentasi sastra. Ada banyak platform lain seperti wordpress, tumblr, medium dan lain-lain yang dapat digunakan dengan tujuan yang sama.

Dibandingkan dengan Facebook, platform-platform ini menawarkan kemampuan untuk mengatur judul, tanggal, dan tag untuk setiap postingan mulai dari artikel sederhana hingga novel. Selain itu, backup dan privasi data lebih terjamin di platform ini sebagai pengguna memiliki kontrol yang lebih besar tentang teknologi yang mereka gunakan.

Tetapi bagaimana Facebook dapat memperkuat atau melemahkan identitas dan kebudayaan seseorang melalui penggunaan teknologi ini?

Sebagai platform media sosial yang paling banyak digunakan, Facebook dapat memberikan pengguna akses yang lebih besar ke komunitas dan informasi yang relevan, yang pada akhirnya dapat memperkuat identitas penggunanya. Selain itu, pengguna bisa memposting tulisan dalam bahasa ibu mereka dan memperlihatkan minat budaya.

Namun, Facebook juga dapat mempengaruhi pengguna untuk melakukan sesuatu yang secara sosial kurang diterima atau bahkan merusak kebudayaan yang ada pada komunitas tertentu. Sebagai contoh, penggunaan bahasa non-baku atau penulisan yang kasar seringkali mengurangi identitas kultural pada sebuah tulisan dan mewariskan penulisan generasi ke generasi.

Selain itu, beberapa kerugian penggunaaan Facebook sebagai alat dokumentasi sastra adalah ketika arsip sastra hilang. Hal tersebut dapat berdampak pada perasaan kehilangan dan tekanan psikologis pada penggunanya.

Dalam lingkup yang lebih luas, kehilangan dokumen sastra juga dapat berdampak pada sejarah dan dokumentasi budaya suatu bangsa. Pentingnya arsip sastra di Facebook yang memiliki beberapa kerugian dan keuntungan, menuntut kita untuk mengevaluasi dan menyeimbangkan risiko serta kemungkinan akan adanya masalah teknis atau kebijakan baru yang dapat mempengaruhi arsip kita.

Ketika dokumentasi sastra telah hilang, pengguna Facebook akan merasa seakan-akan identitas sejarah dan budaya mereka telah terhapus dari dunia. Mereka bisa merasa bahwa mereka kehilangan satu bagian dari kenangan mereka.

Namun, beberapa ilmuwan data dan pengembang teknologi telah menunjukkan bahwa ada banyak inovasi teknologi yang dapat membantu orang dalam menyimpan dan mengelola arsip mereka dalam format digital, sehingga resiko kehilangan dokumen sastra dapat dikurangi secita signifikan.

Beberapa teknologi terbaru seperti blockchain dan machine learning, telah mendorong inovasi dalam mengorganisir dan mengelola arsip digital, membuat backup arsip yang lebih terjamin serta memudahkan pencarian dokumen. Terlebih lagi, teknologi ini dapat meningkatkan keamanan dan privasi arsip sastra online, sekaligus menjamin bahwa data tersebut tetap dapat dikontrol oleh pemilik hak cipta.

Dengan inovasi teknologi ini, masa depan arsip sastra online akan semakin kuat dan berkembang, bahkan selangkah lebih maju daripada arsip sastra konvensional seperti buku dan literasi lainnya.

Kesimpulannya, Facebook dapat menjadi platform yang sangat berguna bagi pengguna untuk mendokumentasikan dan membagikan karya sastra mereka secara online. Namun, pengguna harus mempertimbangkan risiko yang terkait dengan penggunaannya sebagai platform dokumentasi sastra. Hal tersebut penting dalam upaya untuk mempertahankan arsip sastra secara digital dalam komunitas pengguna media sosial dan menjamin kelangsungan masa depan sastra dan budaya digital pada generasi mendatang.

Sekar Putih, 2182024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun