Dalam kegelapan malam aku memandang ragam jejak rindu yang berlabuh di sanaÂ
Sementara aroma kopi menyelimuti udara sekitar
Mungkin ini adalah satu malam yang sulit untuk aku nikmati
Namun dengan topeng kesedihan yang ku kenakanÂ
Aku tetap menatap jejak rindu itu
Secangkir kopi di depanku Terlihat begitu sepi dan hampa Namun dalam kedamaian yang ku alamiÂ
Aku tahu, hanya ia yang bisa memahami ku
Berkali-kali kulihat ke arah pintu Berharap suatu diri yang diinginkanÂ
Hadirmu, pelengkap rasa kebekuan nan dinginÂ
Mungkin -ya mungkin- denganmu aku bisa tertawa
Lalu kulihat kembali secangkir kopi itu begitu hampa dan tak punya artiÂ
Bagiku yang belum siap menghilangkan sepiÂ
Kopi dan ingatan yang menghantarkan ku pada kenangan lalu
Aku jadi teringat tentang kisah lamaÂ
Kisah kita yang memburamkan hatiÂ
Di mana secangkir kopi dulu kita minumÂ
Dan ngobrol tentang kelakuan orang
Baru saat itu aku tersadar Ternyata, jejak rindu itu tak lain adalah kenanganÂ
Kenangan yang melingkupi diriku yang telah hadir dan hilang bersama waktu
Aku menatap jejak rindu dan minum sisa secangkir kopiÂ
Aku yakin, aku harus melanjutkan hidupku dengan atau tanpa kamu
Berharap suatu saat nanti aku bisa tersenyum tanpamuÂ
Mungkin dengan secangkir kopi di tangan aku bisa merasakan kehangatan hidup kembali
Melalui secangkir kopi nan hangat dan segelas jejak rindu yang kini bercahayaÂ
Aku menepis kelamnya malam Dan memulai hari yang baru bagi diriku
Batu, 782024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI