Oleh: Eko WindartoÂ
Internet telah menjadi bagian dari kehidupan manusia modern saat ini. Namun, seperti halnya alat lainnya, internet dapat digunakan untuk tindakan yang merugikan orang lain secara fisik maupun psikologis. Kasus kekerasan di internet kini semakin marak terjadi dengan adanya teknologi dan inovasi baru.Â
Banyak orang mengalami perundungan cyber atau cyberbullying, pelecehan seksual, penipuan, pencurian identitas, dan tindakan tidak etis lainnya. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai tren dan isu-isu terkini seputar kekerasan di internet, penting untuk memahami sejarah perkembangan kekerasan di internet.
Sejarah Perkembangan Kekerasan di Internet
Kekerasan di internet bukanlah fenomena yang baru. Mulai dari spam email, virus, dan akses ilegal ke sistem sejak awal 1980-an telah menunjukkan adanya tindakan kekerasan di internet. Namun, seiring dengan munculnya sosial media, dunia internet telah menjadi sarana baru bagi kekerasan.
Fenomena cyberbullying sendiri mulai diketahui publik saat ditemukan kasus Megan Meier pada tahun 2006. Megan adalah seorang gadis berusia 13 tahun yang melakukan bunuh diri setelah di-bully oleh teman-temannya sendiri melalui MySpace. Kasus ini menjadi sorotan dan menjadi titik perhatian publik mengenai kekerasan di internet.
Sejak saat itu, kekerasan di internet semakin bertambah dengan pengaruh media sosial. Konten kekerasan, pelecehan, ancaman, dan berbagai hal negatif lainnya dengan mudahnya diposting dan disebarkan melalui internet sehingga sulit untuk ditindaklanjuti. Bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja yang menjadi korban kekerasan di internet.
Tren dan Isu-isu Terkini seputar Kekerasan di Internet
Salah satu tren terkini seputar kekerasan di internet adalah penyebaran dan pemalsuan berita atau hoaks melalui media sosial. Hal ini memicu konflik, ketegangan, dan diskriminasi dalam masyarakat. Hoaks tertentu juga dapat menyebar di antara orang dan negara sehingga memicu konflik internasional.
Selain itu, masalah pelecehan seksual juga terus berlanjut. Dalam hal ini, anak-anak dan perempuan yang masih dalam tahap belajar lebih rentan menjadi korban. Pelaku dapat menggunakan layanan chatting di internet untuk melakukan tindakan yang merugikan seperti pemerasan dan pelecehan seksual.
Masalah privasi juga masih menjadi isu penting. Banyak aplikasi dan layanan di internet yang meminta pengguna untuk memberikan informasi pribadi mereka sebagai syarat untuk menggunakan layanan tersebut. Namun, informasi pribadi tersebut seringkali disalahgunakan dan menjadi dasar untuk melakukan penyalahgunaan atau penipuan pada pengguna tersebut.