Oleh: Eko WindartoÂ
Memang sebagian ulama menyatakan kisah-kisah dalam Al Quran adalah nyata dan benar, namun sebagian ulama menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al Quran hanyalah perumpamaan, dan bukti sejarah tidak diperlukan untuk membuktikan sejarah kebenaran tersebut. Sebab di dalam Al Quran sarat nilai sastra.Â
Selain itu, secara tegas umat Islam tidak melihat kisah-kisah sastra dalam Al Quran sebagai teks sejarah belaka, melainkan memahaminya sebagai teks yang memuat tuntunan norma-norma agama, moralitas, sosial dan budaya.
Tak heran jika Al Quran menjadi pijakan wacana ideal karya sastra dan mengekspos diri sebagai sastra religius yang hadir dalam puisi maupun novel. Bila karya sastra terkadang diasumsikan sebagai representasi dan ekspresi isi jiwa pengarang, maka sastra Al Quran adalah kualitas dan kapabilitas seseorang dalam berdialog dengan Tuhan.
Nilai sastra Al Quran juga sangat elastis. Sehingga ia terjangkau oleh semua tingkat logika sesuai dengan kekuatan dan jauhnya muara logika itu.
Terkadang, banyak orang memandang Al Quran sebagai kitab suci yang hanya berisi aturan dan tuntunan agama. Namun, Al Quran sesungguhnya memiliki nilai sastra yang sangat tinggi.
Al Quran merupakan sebuah karya sastra yang memuat berbagai jenis genre, seperti puisi, cerita, hikmah, dan sejarah. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al Quran seperti kisah Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, dan Nabi Musa, bukan hanya merupakan kisah sejarah belaka, tapi juga memuat nilai-nilai moral yang sangat berharga. Kisah-kisah ini juga memuat unsur-unsur sastra seperti karakterisasi tokoh, konflik, plot, dan tema.
Sebagian ulama menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al Quran adalah nyata dan benar, namun sejatinya Al Quran bukanlah sebuah buku sejarah, melainkan sebuah kitab yang berisi nilai-nilai ajaran keagamaan. Sehingga, tak heran jika Al Quran menjadi pijakan wacana ideal karya sastra dan mengekspos diri sebagai sastra religius yang hadir dalam puisi maupun novel.
Dalam Al Quran, kita dapat menemukan contoh-contoh puisi yang sangat indah seperti dalam Surah Al Rahman dan Yasin. Terdapat juga berbagai contoh sajak yang memiliki irama dan susunan kata yang kaya dalam Al Quran.Â
Adapun, interpretasi dari Al Quran sebagai karya sastra juga memuat implikasi budaya dan sosial yang kuat. Al Quran hadir sebagai instruksi universal yang pada akhirnya menuntut popularitas, dan penyebarannya dengan bahasa arab sebagai bahasa praktis dan otentik.
Namun, interpretasi nilai sastra dalam Al Quran tidak bisa berpijak pada satu sisi saja. Al Quran juga memiliki aturan-aturan keagamaan yang memuat pengontrolan norma agama, moralitas, sosial, dan budaya. Sehingga, walaupun Al Quran memiliki nilai sastra yang tinggi, interpretasi atas kandungannya terlebih nilai budaya dan sosial haruslah dilakukan secara proporsional dan kontekstual.
Dalam mencermati interpretasi nilai sastra dalam Al Quran, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Al Quran sebagai sastra religius memiliki kualitas sastra yang sangat tinggi. Selain itu, ia juga memiliki nilai historis, sosial, dan budaya yang sangat kuat dan menginspirasi. Meskipun demikian, bagi umat Islam Al Quran bukanlah sekadar karya sastra belaka, melainkan kitab suci yang memiliki nilai spiritual dan moral yang sangat penting bagi kehidupan.
Sekarputih, 1352024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H