Oleh: Eko Windarto
Pagi buta di kawasan pedesaan di Pulau Bali selalu istimewa. Suasana yang damai dihiasi dengan pemandangan alam yang menakjubkan, begitu pun pada pagi ini. Suara kicauan burung dan suara gemercik air sungai menjadi backsound bagi suasana pagi yang sepi.
Di tengah-tengah desa kecil tersebut, terdapat rumah kecil bertingkat kayu bertingkat rendah yang dihuni oleh keluarga Suparta. Istri tercintanya, Kadek, sedang memasak sarapan di dapur, sementara Suparta sedang menyiram tanaman di kebun belakang.
Suparta (S): "Paginya sangat indah. Wahai Sang Pencipta, terima kasih atas keindahan alam Mu yang tiada tara." Kadek (K): "Benar saja, sayang. Cerah dan segar sekali. Kamu sudah menyiram tanaman?" S: "Sudah, sayang. Semua tumbuhan terlihat begitu sehat." K: "Bagus. Sekarang sarapan akan segera siap, ada yang ingin kamu makan pagi ini?" S: "Tidak perlu banyak, sayang. Satu mangkok bubur sudah cukup. Terima kasih."
Mereka lalu makan bersama dan menikmati cemilan yang dibuat oleh Kadek setelah sarapan pagi. Kemudian, Suparta merapikan dirinya untuk pergi bekerja di sawah. Kadek lalu beranjak dan pergi ke kuil di samping rumah untuk memberikan sesajen.
Beberapa saat kemudian, Suparta kembali dari sawah dan melihat Kadek masih berada di kuil. Ketika dia mendekat, dia mendengar suara Kadek menikmati suasana pagi yang indah dengan menuliskan puisi.
K: "Jendela hatiku ku buka lebar Merelakan angin pagi menyapa Suara gemercik air sungai Membuat saratnya hati ini terangkat tinggi. Sembari ku renungkan hembusan nafas yang tulus. Menjaga agar raga dan pikiranku selalu jernih. O pagi yang penuh kedamaian. Lindungi hatiku agar selalu bercahaya dalam kegelapan."
Suparta sangat terkesan dengan kata-kata Kadek. Dia menatap Kadek dengan tatapan yang penuh dengan kebanggaan dan cinta.
S: "Kamu benar-benar indah, sayang. Tulisanmu penuh dengan emosi yang begitu dalam." K: "Terima kasih, sayang. Pagi buta ini begitu inspiratif, saya merasa terbebani untuk menangkap moment ini dalam kata-kata." S: "Aku tahu kamu selalu merasa tersentuh oleh pagi buta. Dan aku senang kamu berbagi hal itu dengan saya."
Mereka melanjutkan hari itu dengan bekerja di kebun dan sawah menyiapkan panen, tetapi tetap dalam kenangan pagi buta yang indah itu. Mereka menyadari bahwa indahnya alam dan keindahan cinta mereka, memeluk masing-masing dalam bahasa senyuman.
Itulah kisah tentang pagi buta yang indah di pedesaan Bali, diwarnai dengan keindahan puisi yang memicu perasaan yang begitu dalam di antara pasangan yang saling mencintai. Satu pengalaman sederhana yang mengingatkan kita akan keindahan yang muncul setiap saat dalam kehidupan kita, yang dapat dinikmati oleh siapa saja yang memperhatikan.