Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pandangan Keluarga terhadap Status Kaya, dan Mengabaikan Keluarga yang Miskin

2 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 2 Mei 2024   17:39 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pandangan Keluarga Terhadap St
Oleh: Eko Windarto

Saat ini, banyak keluarga yang enggan peduli terhadap keluarga yang miskin. Mereka merasa bahwa status kekayaan mereka menjadikan mereka lebih baik dari keluarga yang berada di bawah mereka, dan kerap mengabaikan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya. Pandangan ini, selain tidak realistis, juga sangat berbahaya karena dapat memperparah kesenjangan sosial dan kesulitan ekonomi di kalangan keluarga miskin.

Menurut kutipan dari Desmond Tutu "When a man's stomach is full, it makes no difference whether he is rich or poor" artinya, ketika seseorang telah makan kenyang, maka tidak ada perbedaan antara orang kaya dan miskin. Artinya, setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama, tanpa melihat status kekayaan mereka.

Kutipan dari Martin Luther King Jr., "Injustice anywhere is a threat to justice everywhere" artinya, ketidakadilan yang terjadi di manapun, dapat mempengaruhi kehidupan orang lain di tempat lain. Dengan kata lain, kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin dapat mengancam keadilan sosial secara keseluruhan.

Menurut National Survey on Children and Youth tentang Prejudice in Canada, anak-anak cenderung memiliki pemahaman yang lebih positif tentang perbedaan sosial dibandingkan dengan orang dewasa. Ini menunjukkan bahwa pandangan tentang kesenjangan sosial dipengaruhi oleh pengalaman dan pemahaman mereka yang berkembang seiring waktu, dan bisa berubah.

Mendidik keluarga tentang pentingnya memahami kesenjangan sosial dan mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan solidaritas dapat membantu mengubah pandangan mereka terhadap orang yang kurang beruntung secara ekonomi. Ini dapat dilakukan melalui cerita dan pengalaman nyata, serta melalui pendidikan formal.

Oleh sebab itu, penting bagi keluarga untuk mengetahui bahwa kekayaan tidak pernah merendahkan orang lain, dan tidak membuat seseorang menjadi lebih baik dari yang lain. Sebaliknya, kekayaan itu hanyalah suatu bentuk alat ekonomi yang dapat membantu kehidupan mereka menjadi lebih mudah, dan juga sebagai sarana untuk memperluas kesempatan mereka dalam masyarakat.

Namun, jika keluarga hanya fokus pada pengalaman dan keuntungan dari kekayaan mereka, dan tidak memperbincangkan cara untuk membantu keluarga miskin yang membutuhkan, justru akan memberikan dampak yang besar pada lingkungan sosial di mana mereka hidup. Salah satu akibat dari hal tersebut adalah meningkatnya kesenjangan sosial antara kelompok orang yang kaya dan orang yang miskin.

Maka penting bagi keluarga untuk melakukan beberapa hal, seperti memberikan donasi kepada lembaga yang peduli dengan keluarga miskin, secara rutin melaksanakan kegiatan sosial, misalnya berpartisipasi dalam mengajar di sekolah gratis atau memberikan bantuan kemanusiaan bagi orang yang membutuhkan, serta belajar untuk menghargai dan membuka diri terhadap keberagaman.

Baca juga: Kata

Sebagai keluarga yang kaya, penting juga untuk mempertimbangkan kebutuhan keluarga miskin yang lebih besar, seperti kebutuhan bangunan yang layak, air bersih yang cukup, akses pendidikan yang berkualitas, dan pekerjaan yang layak.

Dalam mengajarkan pada anak-anak keluarga tentang pentingnya membantu keluarga miskin, orang tua perlu membuat mereka memahami bahwa keberadaan mereka sebagai keluarga yang kaya terkait erat dengan kewajiban mereka untuk membantu orang yang membutuhkan. Anak-anak harus diajarkan untuk menyadari pengalaman orang lain, mengajarkan nilai-nilai empati, toleransi, dan solidaritas yang dapat membantu mereka tumbuh menjadi orang yang baik dan memberikan efek positif bagi orang di sekitarnya.

Dengan cara ini, masyarakat dapat mulai merangkul dan membangun kesetaraan sosial yang dapat mencegah terjadinya ketimpangan sosial dan ekonomi. Terjadinya kesetaraan sosial tersebut dapat dikatakan sebagai efek samping yang positif, di mana kesetaraan sosial makin meningkat seiring dengan meningkatnya kekayaan seseorang.

Kesimpulannya, keluarga harus memikirkan pembangunan dan kesetaraan sosial sebagai konsep utama dalam hidup mereka. Keluarga harus mengambil peran besar dalam meningkatkan kesetaraan sosial dengan cara membantu keluarga miskin dan mengajarkan nilai-nilai sosial yang benar tentang empati, toleransi, dan solidaritas kepada anak-anak mereka. Dengan cara ini, masyarakat dapat mulai merangkul dan membangun kesetaraan sosial yang dapat mencegah terjadinya ketimpangan sosial dan ekonomi.

Sekar Putih, 252024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun