Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini Menjadi Wujud Motivasi di Berbagai Bidang

21 April 2024   21:34 Diperbarui: 21 April 2024   21:47 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal dengan nama Kartini, merupakan sosok tokoh emansipasi wanita yang sangat terkenal di Indonesia. Ia dikenal sebagai pemimpin dan pelopor perjuangan hak wanita di Indonesia pada awal abad ke-20. Namun, saat ini, banyak orang yang beranggapan bahwa pemikiran-pemikiran Kartini sudah tidak relevan lagi di era globalisasi yang semakin maju ini.

Namun, apakah benar demikian? Apakah Kartini hanya menjadi isu yang berlalu begitu saja di era globalisasi ini? Mari kita simak lebih jauh.

Kartini mungkin lahir pada masa lalu, tetapi gagasannya dan perjuangannya masih sangat relevan hingga saat ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya perempuan Indonesia yang semakin berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas dan mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan modern, maupun lingkungan yang tradisional dan kaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, pemikiran Kartini dan perjuangannya masih sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kapasitas perempuan Indonesia, dan tidak hanya bergantung pada kesempatan yang terbatas.

Salah satu pemikiran Kartini yang cukup terkenal adalah tentang pentingnya pendidikan. Menurut Kartini, pendidikan adalah kunci kebebasan wanita dan hak yang setara. Pendidikan yang baik dan layak dapat mengembangkan kemampuan wanita dan membukakan jalan mereka untuk bekerja di berbagai bidang, tidak hanya dalam lingkup rumah tangga. Pendidikan dapat membantu perempuan untuk terlibat di berbagai sektor yang sebelumnya hampir mustahil bagi mereka untuk mengaksesnya tanpa dukungan pendidikan yang memadai.

Saat ini, pendidikan masih menjadi hal yang cukup sulit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak hanya terbatas oleh isu geografis, tetapi juga oleh biaya. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam memberikan akses terhadap pendidikan yang layak merupakan hal yang penting. Pemerintah harus berperan aktif dalam mendorong pendidikan yang murah atau bahkan gratis, khususnya bagi perempuan dan masyarakat yang kurang mampu, agar tidak ada batasan bagi mereka untuk memperoleh pendidikan yang setara.

Selain pendidikan, Kartini juga mengajak perempuan untuk bekerja dan terlibat dalam pembangunan di Indonesia. Pada masanya, perempuan banyak dianggap hanya sebagai makhluk lemah yang harus dilindungi dan dijaga ketat di dalam rumah. Tetapi, Kartini mengajarkan perempuan untuk keluar dari rumah dan terjun ke dunia luar, serta aktif terlibat dalam kegiatan sosial, politik, dan ekonomi. Di era globalisasi yang semakin maju, perempuan tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan keluarga. Mereka dapat berperan penting sebagai pengusaha, pekerja kantoran, dan profesional di berbagai bidang.

Namun, masih ada kendala-kendala yang harus diatasi agar perempuan dapat terlibat pada sektor tersebut. Salah satu hambatan utamanya adalah isu diskriminasi dan stereotipe jenis kelamin. Banyak perempuan yang masih dianggap tidak kompeten untuk berperan di sektor publik oleh masyarakat yang masih menganggap perempuan lemah. 

Oleh karena itu, semua pihak, baik pemerintah, institusi pendidikan, maupun lingkungan masyarakat, harus bertanggung jawab untuk mengubah pandangan tersebut dan membuka jalan bagi perempuan untuk mendapatkan hak yang sama.

Selain itu, perempuan masih menghadapi permasalahan kesetaraan gaji di tempat kerja. Terdapat kesenjangan upah yang cukup besar antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja, meskipun keduanya melakukan pekerjaan yang sama. Hal ini harus segera diubah melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di tempat kerja.

Dalam era globalisasi seperti ini, perjuangan Kartini belum bisa dianggap selesai. Bahkan, peran dan pemikirannya menjadi lebih penting. Seluruh masyarakat Indonesia, khususnya perempuan, harus mengikuti jejak Kartini dan terus berjuang hingga perempuan dapat mendapatkan hak yang setara di berbagai bidang. Hak ini harus diperjuangkan dan didapatkan oleh perempuan, baik pada sektor pendidikan, ekonomi, politik, dan hingga isu lainnya yang berkaitan dengan perempuan.

Kesimpulan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun