Karya: Eko Windarto
Di sela senja yang tenang dan sunyi, ketika biru langit meranggas menjadi tawa, aku hadir menyapa rindu yang terangkai, mengguratkan sepi dalam kesunyian malam.
Terpaku aku, pada satu senyummu, saat ketulusan dalam matamu menyelimuti, aku hadir menyapa rindu yang selalu bersemi: dalam kerinduan, dalam kepedihan, dan harapan yang kian merona.
Harum semerbak aroma kopi, menambah syahdu suasana di sore yang hening, kala pesona keindahan luar biasa diabadikan: di atas kanvas, tangan seniman mengamini mata pelangi.
Hadirkanlah dirimu, rindu yang menyidai, ketika detak jantung merintihkan keinginan tak tercapai, untuk mengisi ruang hati yang kosong, dalam keharuan, dalam cinta, dalam kerinduan yang tiada tergantikan.
Diri yang duduk bersama diri, menaburi mata dengan buih-buih kerinduan, dalam izinku membaca isi hatimu, menyentuh serpih-serpih pilu yang menyelimuti.
Kembalikanlah rindumu yang seolah lari, jangan biarkan cinta terbebas dari hatimu. Kembalikanlah entah ke mana ku slalu berlari, kala kerinduan ini begitu beruntung untuk sembuhkan duka kita.
Di suatu masa bahagia, cinta pun merindu, saat rindu bertemu hangatnya cinta, membuat kita selalu saling menjaga, dalam setiap kisah yang kini diibaratkan dalam puisi.
Hadirkanlah dirimu, rindu yang menyidai, ketika detak jantung merintihkan keinginan tak tercapai, untuk mengisi ruang hati yang kosong, dalam keharuan, dalam cinta, dalam kerinduan yang tiada tergantikan.
Bergurulah kepada rindu, nikmatilah kerinduan, di kedalaman detik-detik hati yang merindu, biarkanlah pemilik cinta menengadah, ketika rindu yang panjang, dalam harapan yang kian terbisu.
Lumbung Bumi, 1642024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H