Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi dalam Pandangan Penyair

10 April 2024   21:37 Diperbarui: 10 April 2024   21:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Puisi "The Second Coming ini dimulai dengan baris "Turning and turning in the widening gyre" yang menggambarkan situasi dunia pada waktu itu sebagai sebuah lingkaran yang terus berputar dan semakin melebar. Yeats menyebutkan bahwa "the falcon cannot hear the falconer" yang menggambarkan situasi di mana orang kehilangan kontrol atas situasi yang ada di sekitarnya.

Yeats juga menyebutkan tentang "mere anarchy" yang mengacu pada kekacauan dan kerusuhan yang merajalela setelah perang dan menyebabkan kekosongan moral di masyarakat. Dia menggambarkan bahwa "the center cannot hold" dan bahwa "things fall apart" yang menggambarkan kejelekan dan kehancuran di mana-mana.

Namun, Yeats mengakhiri puisinya dengan pengharapan akan kedatangan "A Second Coming" yang dapat menyelamatkan dunia dari kehancuran. Ia menggambarkan kepada pembacanya tentang kedatangan sosok baru yang muncul di tengah-tengah kekacauan dan membawa "a revelation" yang berarti sebuah pengungkapan atau pencerahan.

Dalam puisi ini, Yeats menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan suasana pasca perang dan situasi yang sedang terjadi pada saat itu namun ia tetap memberikan keseimbangan pada akhir dengan memberikan harapan akan adanya kedatangan sosok baru yang dapat membawa perubahan dan keselamatan. 

Demokrasi di Indonesia

Bagaimana dengan pandangan penyair terhadap demokrasi dalam budaya Indonesia? Demokrasi adalah salah satu konsep penting dalam dunia politik dan masyarakat Indonesia saat ini. Para penyair Indonesia mencatat kelemahan dan kelebihan dari sistem demokratis di sini. Sebagai contoh, Danarto, seorang penyair Indonesia, menyoroti kelemahan demokrasi dalam puisinya dengan judul "Tahanan Atas Nama Demokrasi". Dalam puisinya, ia menunjukkan ketidaknyamanan, ketidakpuasan, dan kesedihan karena tidak memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat sesuai keinginan akibat adanya tekanan dari kekuasaan dan kepentingan melalui sistem demokrasi.

Puisi Danarto ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1988 dalam kumpulan puisinya yang berjudul "Langit Petang" mengisahkan tentang keadaan manusia yang hidup di tengah-tengah keterbatasan dan penindasan. Danarto menggambarkan bahwa manusia hidup dalam sebuah tahanan yang disebut 'demokrasi'. Tahanan ini membatasi kebebasan manusia dan menghambat perkembangan manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam puisi ini, Danarto membahas berbagai topik seperti ketidakadilan, kekuasaan, dan pengorbanan. Dia menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kekuasaan terhadap kehidupan manusia. Namun, pada saat yang sama, dia juga menunjukkan betapa pentingnya perjuangan untuk membebaskan diri dari penindasan dan untuk mencapai kebebasan.

Puisi ini terdiri dari beberapa bagian yang membentuk struktur yang kuat. Bagian pertama memperkenalkan konsep tahanan atas nama demokrasi dan bagaimana hal itu membatasi kebebasan manusia. Bagian kedua membahas tentang kekuasaan dan pengorbanan. Bagian ketiga menunjukkan betapa sulitnya membebaskan diri dari tahanan demokrasi dan bagaimana kematian merupakan salah satu jalan keluar dari tahanan tersebut.

Dalam puisi ini, Danarto menggunakan bahasa yang indah dan puitis. Dia memainkan kata-kata dengan indah untuk menggambarkan konsep-konsep yang kompleks dan penting. Russel Alfrediy dalam bukunya "Pengantar Sastra Indonesia Kontemporer" menyebut puisi ini sebagai "karya sastra paling luar biasa dalam sastra Indonesia".

Secara keseluruhan, "Tahanan Atas Nama Demokrasi" adalah sebuah karya puisi yang sangat kuat, dengan pesan yang mendalam dan sangat relevan dengan keadaan dunia saat ini. Puisi ini mempertanyakan konsep demokrasi yang kita anggap sebagai sebuah kebebasan, sementara sebenarnya masih banyak manusia yang hidup dalam tahanan atas nama demokrasi. Danarto mengajak kita untuk mengambil bagian dalam perjuangan untuk mencapai kebebasan sejati dan mengakhiri penindasan di mana pun kita berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun