Oleh: Eko WindartoÂ
Lebaran merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun, tradisi mudik yang selalu dilakukan oleh masyarakat di masa lalu, kini mulai berkurang. Generasi muda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gen Z, mulai mengubah pola perilaku saat Lebaran tiba. Mereka lebih memilih untuk menjalani libur Lebaran dengan cara yang berbeda.
Salah satu hal yang menarik dari generasi ini adalah, mereka lebih senang menjalankan tradisi Lebaran dengan cara yang lebih fleksibel. Berbeda dengan generasi sebelumnya, yang cenderung menjalankan tradisi mudik ke kampung halaman. Bagi Gen Z, kemudahan dalam berkendara dan transportasi massal membuat mereka lebih leluasa dalam menjelajahi berbagai tempat di Indonesia. Tak jarang, libur Lebaran dimanfaatkan untuk self-discovery atau bahkan mencari pengalaman baru di tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Meskipun libur Lebaran ala Gen Z memberikan keuntungan dalam hal fleksibilitas, ada beberapa dampak negatif dari perilaku ini yang perlu dipertimbangkan.
Pertama-tama, hilangnya tradisi mudik akan sangat mempengaruhi interaksi sosial dan keakraban keluarga di Indonesia. Tradisi mudik adalah momen untuk berkumpul dengan keluarga besar dan bersilaturahmi dengan kerabat jauh yang mungkin hanya ditemui saat Lebaran tiba. Ketika tradisi ini mulai berkurang, maka kemungkinan besar hubungan pertemanan dan kekerabatan akan semakin menurun pula.
Kedua, adanya potensi peningkatan risiko mobilitas yang lebih tinggi saat menjelajahi berbagai tempat, terutama dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Hal ini juga perlu dipertimbangkan, karena mengubah pola libur Lebaran bisa meningkatkan kemungkinan orang berpindah tempat dan berinteraksi dengan orang lain.
Meski demikian, Gen Z juga tidak sepenuhnya mengabaikan tradisi Lebaran sepenuhnya. Banyak dari mereka tetap memilih untuk berkumpul dengan keluarga dan bersilaturahmi. Namun, mereka melakukan cara yang berbeda. Saat ini, kita bisa menemukan mudik alternatif seperti berlibur ke tempat wisata tertentu, mengadakan acara kumpul bersama di tempat yang sedikit lebih dekat dengan rumah, atau bahkan berkunjung ke keluarga dan sahabat di rumah yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Alih-alih mengubah tradisi Lebaran, generasi muda saat ini hanya mencoba menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan berbagai kemudahan yang tersedia dalam lingkungan mereka. Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh generasi ini adalah menjaga nilai-nilai kekeluargaan yang sudah terbangun sejak lama.
Oleh karena itu, meskipun terdapat dampak negatif, perlu dicari jalan tengah yang tepat agar tradisi Lebaran tidak hilang dari Indonesia. Salah satu solusinya adalah dengan memberikan ruang bagi gaya hidup baru dan memberikan kesempatan pada generasi muda untuk menemukan cara mereka sendiri untuk merayakan Libur Lebaran dengan sambil tetap mempertahankan hubungan sosial dan nilai-nilai tradisional.
Tentunya hal ini membutuhkan dukungan semua pihak, baik keluarga, masyarakat dan pemerintah. Implementasi dari program-program edukatif serta kearifan lokal perlu dilakukan agar nilai-nilai kekeluargaan dan tradisi Lebaran tetap terus terjaga.
Terlepas dari adanya perubahan pola gaya hidup, Lebaran masih menjadi hari yang spesial dan berharga untuk semua orang di Indonesia, apa pun caranya merayakannya. Libur Lebaran yang baik adalah libur yang membuat kita merasa senang dan bahagia bersama dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai.