Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makna Lebaran dalam Filosofi Jawa

6 April 2024   00:47 Diperbarui: 6 April 2024   00:49 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


Oleh: Eko Windarto

"Lebaran merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Jawa. Di Jawa, lebaran memiliki makna yang sangat penting dalam tradisi kebudayaannya. Lebaran dipandang bukan hanya sebagai momen untuk bermaafan dengan sesama, tetapi juga sebagai momen untuk merayakan kemenangan diri sendiri dalam menghadapi segala rintangan dalam hidup. Lebaran juga dihubungkan dengan filosofi Jawa yang mengandung makna mendalam tentang kehidupan dan keseimbangan alam."

Lebaran bagi masyarakat Jawa memiliki makna yang sangat penting dalam tradisi kebudayaannya. Lebaran melambangkan kemenangan diri sendiri dalam menghadapi segala rintangan dalam hidup serta menjadi momentum untuk merayakan kesuksesan dalam mencapai keseimbangan hidup dan alam.

Tradisi lebaran di Jawa biasa disebut dengan istilah "Idul Fitri" atau "Lebaran" yang juga disebut dengan "Hari Raya". Dalam tradisi Jawa, lebaran tidak hanya dirayakan oleh umat Islam, tetapi juga oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Umumnya, masyarakat Jawa menjalankan beberapa tradisi yang unik dalam peleburannya pada momen lebaran. Berikut ini adalah beberapa tradisi unik lebaran di Jawa:

Suroan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam menyambut datangnya tahun baru Islam atau juga diiringi dengan lebaran. Tradisi ini lebih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme yang kental di masyarakat Jawa. Pada malam Suro, masyarakat Jawa akan melakukan ritual untuk memohon keberkahan dan menjaga keselamatan dari hal-hal buruk.

Nyekar adalah sebuah tradisi ziarah kubur yang biasa dilakukan pada momen lebaran. Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa memohon doa kepada para leluhur serta memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan selama hidup. Selain itu, upacara Nyekar juga dapat mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan tetangga.

Kenduri adalah makan bersama yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa pada momen lebaran. Kenduri merupakan simbol dari rasa syukur dan kebahagiaan dalam merayakan momen lebaran. Biasanya, kenduri dilakukan di rumah-rumah dengan cara saling mengunjungi antara keluarga ataupun tetangga.

Selain dari beberapa tradisi unik tersebut, terdapat juga simbol-simbol dan makna yang terkandung dalam momen lebaran di Jawa. Selain sebagai momen merayakan kemenangan atas segala rintangan, lebaran juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dan meningkatkan kehidupan sosial dengan cara bermasyarakat dalam suatu lingkungan yang harmonis. 

Masyarakat Jawa juga sangat menghargai kebersihan dan kesucian, oleh karena itu pada saat lebaran tiba, masyarakat Jawa biasa membersihkan rumah serta lingkungan sekitar. Hal ini sebagai bentuk penghormatan pada diri sendiri, orang lain, serta alam sekitar.

Lebaran bagi masyarakat Jawa bukan hanya sekedar ajang untuk merayakan kemenangan dalam menghadapi rintangan dalam hidup, namun juga menjadi momen untuk memperkuat tali persaudaraan dan membangun kesempatan bersama dalam lingkungan yang harmonis. Tradisi dan makna lebaran semakin menguatkan rasa kebersamaan dan toleransi antar sesama, serta menjaga keharmonisan alam dan lingkungan di sekitar kita.

Terdapat Beberapa Tradisi Unik Lainnya yang Dilakukan oleh Masyarakat Jawa Saat Momen Lebaran Tiba.

Charak adalah sebuah tradisi unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur pada saat momen lebaran tiba. Tradisi ini dilakukan pada malam harinya tepat di malam takbiran atau hari kemis melati. 

Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa Timur membuat replika burung yang dibuat dari bambu dan kertas atau kain, kemudian burung tersebut dihiasi dengan berbagai macam warna yang cerah. Sesuai dengan namanya, Charak berasal dari bahasa "cakar" yang artinya kuku burung. Tujuan dari tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah dan sekaligus menolak bala.

Labuhan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam bentuk pemberian sesaji atau sesajen. Sesajen merupakan bingkisan yang diisi dengan bahan-bahan seperti nasi, daging atau ayam, dan sayur-sayuran, yang disajikan sebagai tanda ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi Labuhan biasanya dilakukan di daerah-daerah yang dianggap sebagai tempat suci seperti di desa adat, makam pahlawan atau keramat, sungai, dan telaga.

Gerebeg adalah bentuk dari tradisi rakyat yang juga dilakukan pada saat momen lebaran tiba. Gerebeg merupakan tradisi unik yang tersebar di daerah-daerah Jawa seperti Surakarta dan Yogyakarta. 

Dalam tradisi ini, masyarakat mengadakan parade yang diisi dengan orang-orang yang mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta membawa kendi atau tepak sirih di tangan mereka. 

Parade ini diiringi dengan musik tradisional Jawa yang dimainkan oleh musisi lokal. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan pada musim panen ini, serta menjalin silaturahmi antar warga masyarakat.

Selamatan adalah kegiatan sosial dan agama yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah, saat momen lebaran tiba. Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa biasanya membuka makanan atau menggelar hajatan sebagai bentuk rasa syukur dan memohon berkah dari Allah SWT. Selain itu, selamatan juga menjadi acara untuk mempererat rasa persaudaraan, menunjukkan rasa hormat dan menghargai kebersamaan.

Itulah beberapa tradisi unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa saat momen lebaran tiba. Meskipun terdapat banyak tradisi yang berbeda-beda di setiap daerah, namun setiap tradisi mempunyai makna dan tujuan yang sama, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan dan mempererat tali silaturahmi antar sesama.

Batu, 542024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun