Penulisan syair ini terinspirasi dari kehidupan sehari-hari, pengalaman hidupnya, serta pemikiran tentang agama, kebudayaan, politik, dan lain sebagainya. Syair ini ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan termasuk sebagai bentuk puisi dengan gaya bahasa yang dipadukan dalam bentuk sastra Melayu.
Syair ini juga dianggap sebagai kritik sosial dan politik terhadap masyarakat dan bangsanya. Hal ini diungkapkan dalam baris-baris syairnya yang berbicara tentang ketidakadilan, kemiskinan, ketidaktahuan, dan kondisi sosial yang menghancurkan kehidupan manusia. Yang mana penulisnya berbicara tentang pentingnya keberagaman dan interkoneksi, serta kebenaran yang harus diperjuangkan melalui sikap yang berani dan disiplin.
Syair Tanpo Waton menjadi populer karena isinya yang dalam, dramatis, dan kreatif. Tulisan ini memberikan pengaruh yang kuat bagi masyarakat, terutama yang mempercayai pemikiran Gus Dur dan mendukung visinya tentang perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan. Seiring berjalannya waktu, Syair Tanpo Waton menjadi syair yang populer dan terus diabadikan sebagai bagian dari sejarah sastra Indonesia kontemporer.
Batu, 2132024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H