Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepi Mengganggu di Ruang Tunggu

19 Maret 2024   05:13 Diperbarui: 19 Maret 2024   05:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Derita sepi terasa, menganggu di ruang tunggu
Hanya senyap yang menemani, merajalela dalam hati
Terdampar dalam kemurungan, merindukan rayuan waktu
Menunggu sang pelipur lara, mengusir sepi yang membelenggu

Ruang tunggu sunyi, sepi yang meluluhkan hati
Menatap hampa, kala waktu rasanya tersendat
Menghitung detik, menunggu gelap berlalu
Dalam jeda panjang, meliputi kesepian yang tak bertepi

Sepi punya cerita, di ruang tunggu yang hening
Membisikkan sepakat, dalam hati yang kelam
Sunyi itu merajalela, kala pikiran merangkai kata
Menanti hadirnya penghibur, merelakan rasa sepi membaur

Sesak dalam kesenyapan, terdampar ruang tunggu sunyi Hanya sepi yang berbisik, merayap dalam hati
Terlalu lama menanti, membuat gelisah menganggu
Menyisakan kerinduan, pada kehadiran yang memeluk erat

Ruang tunggu menyimpan duka, sepi yang mengisi kekosongan
Dalam sunyi, angan berpaut, menunggu pelipur lara
Kuatkan hati, biarkan waktu mensucikan kuasa sepi
Penuhi kekosongan, dengan kehadiran cinta dan kehangatan

Sekarputih, 22012024

Terasing Dalam Kebisuan

Terasing dalam kebisuan hati yang gelisah tersiksa ragam sendiri, tanpa suara hampa berkelana dalam kesunyian

Kala senja redupkan gemerlap dunia aku tersesat dalam kehampaan jiwa seperti burung terbang tanpa searah lelah merajut duka, hampa yang merayap

Kedukaan merajalela dalam kebisuan tak terungkapkan dalam sepenggal kata seolah tanpa ruang dan waktu berjalan sendiri, tersesat dalam kehampaan

Terasing dalam kebisuan menyedihkan ketika langit merindukan cahayanya dan tanah merindukan kehangatan aku tersesat dalam kesepian yang mendalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun