Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menguliti Dua Puisi Sepi

18 Februari 2024   19:20 Diperbarui: 18 Februari 2024   19:38 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terasing dalam kebisuan menyedihkan ketika langit merindukan cahayanya dan tanah merindukan kehangatan aku tersesat dalam kesepian yang mendalam

Dalam kebisuan, aku terjebak sepi tak ada yang mendampingi dalam kerumunan sunyi hanya angin yang menggelayuti jiwa dan sepi yang berbisik menusuk dalam sukma

Sekarputih, 12022024

Ketika membaca puisi "Sepi Mengganggu di Ruang Tunggu" dan "Terasing dalam Kebisuan", pembaca dapat merasakan lebih dalam tentang kehampaan, kesepian, dan kegelisahan yang dirasakan oleh sang penyair. Masing-masing puisi memiliki karakteristik yang berbeda, tetapi keduanya memiliki kesamaan dalam tema kesepian dan kekosongan.

Puisi "Sepi Mengganggu di Ruang Tunggu" menggambarkan kehampaan dan kesepian yang terasa ketika seseorang menunggu sendirian di suatu tempat. Imaji yang digambarkan dalam puisi ini begitu lugas namun tajam, seolah-olah sang penyair dapat merasakan perih dari sepi yang membelenggu. Puisi itu mulai dengan membicarakan "kerinduan waktu", yang mengindikasikan kehampaan yang terasa ketika orang tersebut merindukan hadirnya seseorang untuk mengejar waktu bersama. Ditambah lagi, kekosongan dan kesepian yang diagungkan oleh media sosial dan teknologi modern juga dihadirkan melalui kesunyian yang merajalela di ruang tunggu dalam puisi ini.

Selanjutnya, terdapat penggambaran tentang seorang yang kehilangan daya belanya untuk merasa nyaman dalam kesepian dan kesunyian, merasa terdampar di tengah kekosongan dan kemurungan yang mendalam. Bahkan ketika seseorang mencoba untuk menghadapi dan merelakan sepi tersebut, kerinduan akan keberadaan seseorang yang bisa menyembuhkan perasaannya pun tetap ada. Puisi ini menyajikan sebuah tantangan untuk melawan sepi dan menggantinya dengan cinta dan kehangatan. Kata-kata yang disajikan pun cukup sederhana namun menghadirkan makna yang mendalam, menjadikan puisi ini sebagai karya sastra yang relatable sekaligus menyentuh hati bagi siapa pun yang merasa terasing dan kesepian.

Puisi "Terasing dalam Kebisuan" juga memiliki kedalaman dalam menggambarkan kesepian dan kekosongan. Puisi ini lebih intim,menunjukkan kesesakan yang dirasakan oleh si penyair saat berhadapan dengan kesunyian dan kehampaan dalam hatinya. Dalam puisi ini, penyair menyajikan imaji tentang kehilangan cahaya dan kehangatan ketika sedang merasakan kesepian. Ia menggambarkan dirinya seperti burung terbang tanpa tujuan, merajut duka dan hampa yang menggelayuti suasananya. Puisi ini mencoba untuk mengungkapkan sebuah kesulitan dalam merasa nyaman dengan diri sendiri, dan betapa sulitnya ketika seseorang merasakan dirinya terjebak dalam kesunyian yang membingungkan dan membuat kerinduan akan kehadiran orang lain semakin membuncah.

Puisi ini menghadirkan perasaan seorang yang kepala dan jiwanya serasa tersiksa disebabkan oleh kesepian yang terus menghantuinya. Ia menggambarkan fakta bahwa kesepian serta kekosongan hati bisa sangat menyedihkan, dan bahwa tidak ada yang bisa mendampinginya ketika ia merangkak di dalam kerumunan sunyi yang terasa menghancurkan. Puisi ini mengeksplorasi konsep kekosongan dalam kehidupan sehari-hari dan menggambarkan betapa sulitnya untuk menemukan makna dalam kesunyian.

Secara keseluruhan, kedua puisi ini mengeksplorasi pentingnya kehadiran orang lain dan betapa sulitnya ketika seseorang terasing dan terpisah dari dunia sekitarnya. Puisi "Sepi Mengganggu di Ruang Tunggu" menceritakan pengalaman sepi yang dialami saat menunggu sendirian, sementara "Terasing dalam Kebisuan" menunjukkan upaya dari seorang penyair untuk menjelajahi perasaan dan pikirannya yang terbenam di dalam ketidaknyamanannya sendiri. Kedua karya sastra ini memberikan pesan yang kuat tentang betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam hidup kita dan bagaimana kita bertahan ketika harus menghadapi kehampaan dan kesepian.

Ngijo Husada, 18022024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun