Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meja di Rumah Sakit

17 Februari 2024   04:24 Diperbarui: 17 Februari 2024   04:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Eko Windarto

Saat itu aku duduk di rumah sakit menemani anakku yang sedang sakit. Aku duduk di sampingnya sambil memegang tangannya untuk memberinya dukungan. Namun, aku merasa ada yang tidak beres ketika aku melihat ke arah meja di sebelahnya. Ada seorang pasien yang tersenyum dan melihat ke arah kami dengan ekspresi yang aneh. Dia terlihat seperti orang yang tidak sehat dan wajahnya pucat.

Aku mencoba mengabaikannya karena fokusku terhadap anakku yang sakit, tetapi sesekali aku masih melihat ke arahnya. Tiba-tiba, anakku mulai merintih kesakitan dan aku langsung mengalihkan perhatianku kepadanya. Sesaat kemudian, aku merasa tangan anakku memegang tanganku dengan erat dan ia berkata, "Mama, kenapa meja di sebelah kita tersenyum dan menggertakkan giginya mengejek?"

Aku merasa terdiam. Aneh, ketika tadi aku melihat ke arah meja itu, tidak ada yang ada di sana. Aku mencoba untuk menghibur anakku dan membujuknya bahwa itu mungkin hanya ilusi, namun itu membuatku merasa sangat tidak enak. Namun tiba-tiba, dari arah yang sama muncul seorang pria tua yang dengan tersenyum memberikan buah apel pada anaknya. Anakku menjadi senang dan nama pria tua itu terpampang dengan jelas diingatannya.

Tetapi, pada saat pria tua meninggalkan ruangan tersebut, ia dengan tiba-tiba jatuh sakit dan semua orang di ruangan itu saling menatap, mereka berusaha untuk bicara. Saat aku melirik ke arah meja itu, aku melihat penghuni asli meja itu - jarum peniti! Aku sangat terkejut dan merasa seakan-akan mataku menipuiku. Ternyata, anakku adalah anak dengan kemampuan spesial untuk melihat hantu saat ia sedang sakit, dan hantu yang dilihatnya adalah jarum peniti.

Batu, 16022024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun