Oleh: Eko Windarto
Perkembangan teknologi memiliki dampak yang sangat besar dalam banyak aspek kehidupan kita. Di satu sisi, teknologi telah memberikan kemajuan besar dalam bidang seperti kesehatan, transportasi, dan komunikasi. Namun, dampaknya juga bisa negatif, khususnya dalam hal privasi dan keamanan data. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan dan dalam batas yang wajar.
Seperti halnya ketika kita melihat preferensi tentang fenomena pengajian Gus Idam di zaman generasi Z. Fenomena pengajian tersebut cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama dikalangan penduduk Muslim. Fenomena pengajian Gus Idam diketahui sering dihadiri oleh banyak orang, terutama oleh generasi yang lebih tua, seperti ibu-ibu dan para santri mau pun yang bukan santri tua dan muda. Mungkin juga popularitas disebagian di kalangan generasi Z. Ada juga beberapa orang dari kalangan non muslim sengaja datang ingin bertemu sekaligus ingin berjabat tangan serta minta didoakan sembuh dari penyakitnya dan sebagainya.
Pada dasarnya kelompok generasi Z tentang pengajian Gus Idam merupakan kelompok usia antara 6 dan 24 tahun, memiliki kecenderungan untuk memiliki pandangan dan preferensi yang berbeda tentang agama dan pengajaran keagamaan.
Beberapa dari mereka mungkin merasa tertarik dengan pengajian yang dilakukan oleh Gus Idam dan menganggapnya bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang agama. Namun, beberapa yang lain mungkin tidak merasa tertarik atau mungkin memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan pendekatan Pengajian Gus Idam terhadap ajaran agama.
Tetapi satu hal yang pasti, generasi Z sendiri cenderung menggunakan media sosial sebagai sumber informasi dan koneksi di antara sesama, dan beberapa pengajian Gus Idam diunggah melalui media sosial, sehingga dapat dicapai dengan mudah dan diakses secara luas oleh generasi Z.
Memang dampak media sosial saat ini dapat memberikan informasi bahwa media sosial dapat memengaruhi pandangan dan opini seseorang terhadap suatu hal, termasuk dalam hal ini pengajian Gus Idam. Generasi Z yang terbiasa menggunakan media sosial mungkin akan lebih banyak terpapar dengan konten dan opini-opini yang beredar di dalamnya, sehingga berpotensi memengaruhi persepsi mereka terhadap Gus Idam atau pun adanya hal lainnya. Namun demikian, ada juga yang berpendapat bahwa media sosial bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dan masih banyak hal lain yang dapat memengaruhi pandangan seseorang.
Fenomena Gus Idham merupakan seorang dai atau ustadz di Indonesia yang aktif dalam menyebarkan dakwah melalui media nyata dan media sosial membuatnya semakin hari semakin populer. Itu terbukti bahwa beliau sering mengunggah video ceramah dan dakwahnya di berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Tik tok dan lainnya. Dengan cara ini, Gus Idham dapat menyebarkan pesan-pesan keagamaannya kepada masyarakat yang lebih luas dan memanfaatkan teknologi digital untuk pendekatan dakwah yang lebih modern.
Bahwa kegiatan dakwah melalui media sosial memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan Islam. Dalam era digital seperti saat ini, media sosial menjadi salah satu alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan cepat dan luas. Media sosial memungkinkan dakwah dapat menjangkau banyak orang dan berbagi informasi dengan lebih mudah dan cepat. Namun, perlu diingat bahwa dalam melakukan kegiatan dakwah melalui media sosial, penting untuk memperhatikan format dan cara penyampaian pesan yang sesuai dengan tuntutan etika Islam serta menghindari konten yang tendensius dan memecah belah umat.
Gus Idam dikenal luas di kalangan masyarakat Indonesia sebagai seorang ustadz yang gigih memperjuangkan keberagaman dan menentang segala bentuk intoleransi, diskriminasi, serta konten-konten yang tendensius yang dapat memecah-belah umat. Popularitas Gus Idam dalam hal ini tidak terlepas dari usahanya untuk menyebarkan pesan perdamaian dan persaudaraan melalui dakwah dan media sosial.
Gus Idam juga sangat dikenal sebagai tokoh yang memperjuangkan keberagaman dan perdamaian di Indonesia. Melalui lantunan sholawat yang digubah dengan nuansa budaya lokal, beliau berusaha mengajak masyarakat untuk menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, dan budaya.
Kesimpulannya bahwa Gus Idam mempromosikan keberagaman melalui sholawat dengan cara menyanyikan sholawat dengan lirik yang inklusif, yang mendorong persatuan umat Islam dan juga menghargai perbedaan antara umat Islam dengan kelompok agama lainnya. Melalui sholawat, Gus Idam ingin mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan, dan kita semua harus menghormati perbedaan antara satu sama lain.
Sekarputih, 25 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H