Oleh: Eko Windarto
Dalam judul tersebut, terdapat dua lapis makna yang bisa diinterpretasikan. Secara konvensional, caleg dan uleg-uleg dapat merujuk pada dua hal yang berbeda dalam dunia politik. Caleg, atau calon legislatif, adalah seseorang yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dalam suatu pemilihan umum. Sementara itu, uleg-uleg merujuk pada orang atau partai politik yang merayu atau memberikan suap kepada pemilih untuk memenangkan suara dalam pemilihan tersebut.
Namun, dalam lapisan makna yang lebih dalam, judul tersebut juga menggambarkan dua pola perilaku dalam masyarakat politik. Caleg umumnya dianggap sebagai sosok yang berusaha tampil di depan sebagai pemimpin yang dapat dipercaya dan dihormati oleh masyarakat tetapi juga dianggap sangat berbeda dengan perilaku seseorang di belakang panggung. Di satu sisi, uleg-uleg adalah sosok yang dianggap tidak jujur dan pandai bermain politik dengan cara-cara licik untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini, caleg dan uleg-uleg kadang dapat saling berkaitan ketika caleg menunjukkan perilaku uleg-uleg yang mencari keuntungan dengan berbagai cara.
Dalam pandangan masyarakat awam, caleg seringkali dianggap sebagai sosok yang kurang terpercaya karena kerap menjanjikan hal-hal yang belum tentu bisa dipenuhi setelah terpilih. Sementara itu, uleg-uleg dianggap lebih berbahaya karena tindakan mereka yang mengambil atau memberi suap untuk memenangkan pemilihan dapat mempengaruhi keputusan pemilih. Namun, di sisi lain, ada pula pandangan masyarakat yang menganggap caleg sebagai sosok yang perlu dipercaya dan berintegritas, sedangkan uleg-uleg dianggap sebagai kebutuhan politik yang tidak bisa dihindari.
Pandangan generasi Z terhadap caleg dan uleg-uleg pun tidak jauh berbeda dengan masyarakat awam. Menurut survei yang dilakukan pada siswa SMA dan mahasiswa, generasi Z cenderung lebih kritis dalam memilih wakil rakyat dan akan lebih percaya pada caleg yang dapat memberikan solusi konkret daripada memberikan janji kosong. Sementara itu, uleg-uleg dicap dalam pandangan generasi Z sebagai sosok yang tidak jujur dan sulit dipercaya.
Dalam era digital saat ini, pandangan masyarakat terhadap caleg dan uleg-uleg dapat lebih dipengaruhi oleh media sosial. Kampanye politik yang terjadi di media sosial memungkinkan setiap orang berpendapat dan dapat menimbulkan opini dan pandangan yang berbeda-beda terhadap caleg dan uleg-uleg. Oleh karena itu, transparansi dan integritas menjadi sangat penting dalam dunia politik saat ini agar dapat memperlihatkan kepercayaan dan menjaga pandangan masyarakat terhadap caleg dan uleg-uleg dalam aspek politik.
Dalam kesimpulan, pandangan masyarakat awam dan generasi Z terhadap caleg dan uleg-uleg dapat sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor di lingkungan sosial, seperti media sosial atau pengalaman pribadi. Oleh karena itu, setiap individu dan lembaga politik perlu mengedepankan transparansi, integritas, dan bertanggung jawab untuk menciptakan pandangan positif masyarakat terhadap dunia politik dan peran caleg dan uleg-uleg di dalamnya.
Sekar Putih, 17122023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H