Sebagai seorang penulis, cukup sering saya tertipu dengan iming-iming tulisannya akan diterbitkan dan dibeli dengan harga yang layak. Bahkan diterbitkan.
Salah satu cerpen ini saya kirim ke penerbit, dan masih belum tahu bagaimana kabarnya, diacuhkan, ditanya tidak direspon, dikonfirmasi tak dibalas.
Tapi, apakah saya berhenti? Saya menyerah? NO! Saya akan tetap berusaha. Karena main purpose saya adalah tetap berbagi kebermanfaatan. Mari berbagi kebaikan. Terimakasih.
Namaku Andini. Pagi yang sungguh indah, pohon berjajar di kiri dan kanan jalanan yang beralas vaping ini, selalu meneduhkan hati saat melewatinya. Matahari masuk di sela-sela ruang daun membuat motif lubang-lubang sinar pada permukaan tanah.
Sudah banyak rumput tumbuh kembali di belahan-belahan tanah yang terjepit batako resapan itu. Sejak terakhir 6 bulan aku meninggalkan kampus.
Aku bisa melihat kembali halaman kampus yang memberiku banyak ilmu di sini. Setelah kurang lebih 3 bulan rawat inap, di salah satu Rumah Sakit di kota kecil Kabupaten Semarang. Kemudian, harus melanjutkan 3 bulan rawat jalan, bolak-balik kontrol dari rumah ke rumah sakit untuk masa pemulihan Demam Tifoid.
Ya, Infeksi bakteri Salmonella Typhii memang merepotkan untuk stadium serius. Makanya kadang aku heran, orang-orang yang sering mengatakan tipes saat ia beralasan tidak masuk kelas.
“Hai Ndin, kamu sudah kelihatan lagi.. sudah sehat kah? Alhamdulillah..”
Sapa pak Jono sambil berlalu membuka kaca mobilnya, logat Bantul nya sangat kental. Penanggungjawab Gedung Laboratorium itu sering ngobrol dengan ku, terlebih saat kemarin masih sangat super sibuk mengerjakan Tugas Akhir yang belum selesai sampai sekarang di Laboratorium.
Kita sangat dekat sudah seperti Ponakan dan Pak De sendiri. Ia selalu menitipkan anaknya waktu sore hari untuk mengerjakan PR di rumah ku sepulang sekolah Qiro’ati (Sekolah latihan membaca Al-qur’an). Lalu malam menjemputnya. Ketika aku tidak banyak mengerjakan sesuatu, pasti aku meluangkan waktu mengajarinya.
“Iya Pak Jon..
Kangen kampus pak!
Lama Dek Nia gak ngerjain PR lagi Pak? Sekarang sudah bisa lagi...”
Sapa ku balik, masih dengan berjalan dan melambaikan tangan ke Pak Jono. Sapaku jelas terlihat dari spion mobilnya. Nama anak Pak Jono adalah Nia.
Sebenarnya, aku ingin ke Laboratorium. Tapi, mungkin masih sedikit frustasi juga karena penelitian yang tak membuahkan hasil, mengharuskan kondisi fisik ku drop dan sakit sampai selama itu. Aku cukup ke kantin saja hari ini. Lain waktu aku akan ke ruangan Pak Jono.
Sebelum siang aku berencana pulang, sebentar saja berjalan-jalan di sini sudah cukup untuk mengobati rindu ku di kampus. Karena memang minggu depan aku sudah mulai aktif kembali di Lab.
Banyak juga tadi yang menyapa, benar adanya anugerah sehat adalah anugerah yang luar biasa. Dari sekian banyak teman keheranan, dan sebagian lagi juga kapok beralasan sakit Tipes. Mereka bertanya-tanya “Bisa-bisanya ya sakit Tipes sampai 6 bulan di rawat?!” Sambil menepuk-nepuk punggung tangan ke jidad kepala semoga tidak pamali, beralasan sakit Tipes saat mangkir kelas. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Memang 6 bulan terakhir ini aku berjuang cukup keras melawan letih dan lelah sakit yang semoga tidak terjadi lagi Tuhan.
Tak disangka saat di depan kantin kampus, Pak Jono tiba-tiba dari belakang langsung menggandeng ku makan di Warteg Bu Mur. Aku yang berjalan pun langsung belok.
Mengikuti Bapak flamboyan ini, yang terkenal sangat pelit sekali saat dipinjami peralatan Laboratorium kalau di bawa keluar gedung. Dulu sering memang aku langganan makan di sini, karena memang menunya beragam, murah, dan higienis. Banyak deretan warung, resto, dan kafe di kantin kampus, masing-masing punya khasnya sendiri. Macam foodcourt hanya saja lebih kecil dan lebih sederhana.
“Hai Dini!”
“Ya ampun Dini!”
“Baru kemarin kita besuk, udah masuk!”
“Yesss kamu udah masuk din! Ada banyak tugas ini di kelas…”
Belum sempat ngobrol banyak dengan Pak Jono. Teman-teman satu kelas ku dan adik-adik angkatan sudah pada datang. Banyak dari mereka yang menyapa dan menanyakan keadaanku, kemudian kembali melanjutkan kegiatannya masing-masing. Hanya saja Elsa, Ani, Maria, dan Faras yang memindah makanannya ke meja kami. Aku tidak begitu akrab dengan mereka berempat, tapi mereka termasuk teman yang supel di kelas. Sebagian teman akrab ku sudah selesai Tugas Akhirnya dan wisuda. Dan aku akan segera menyusul mereka.
Pak Jono mengangkat telfon nampak buru-buru balik ke ruangan, dan bergegas berlari begitu saja. Belum 10 meter, ia kembali lagi dan berkata,
“Nanti tunggu di perpus Ndin, nanti sore pulang saya anter. Sekalian jemput Nia pulang Sekolah Qiro’ati, dan jemput Mamanya pulang arisan.. sudah lama juga kita gak ketemu Bapak Ibu kamu…”
Katanya sambil berjalan cepat agak ngos-ngosan. Ke empat teman ku hanya melihat begitu saja sambil memegangi sendok makannya masing-masing. Belum 5 meter, ia kembali lagi dan berkata.
“Hp nya ketinggalan” dan berlalu begitu saja. Sedikit lucu memang. Berlari lagi, mungkin ada yang mau meminjam perkakas Laboratorium untuk di bawa keluar gedung. Tapi bukan salah beliau juga yang terlalu paranoid untuk hal seperti itu, karena kalau ada alat yang rusak sebelum masa waktunya ganti, beliau yang harus mengganti.
“Eh, tapi ndin! Pelayanan di Rumah Sakit kamu kemarin parah banget tau…”
“Iya din, Nakes sama Administrasi nya songong pisan!”
“Mungkin lagi ada masalah kali di RS nya, tapi toiletnya memang jorok sih kaya ngga di bersihin sama sekali”
“Dari depan masuk parkir aja pelayannannya sudah kurang memang..”
Aku hanya mendengarkan saja, mereka yang sedang berdiskusi di depan ku. Karena sebulan sebelum aku pulang, banyak teman-teman satu kelas yang datang membesuk di RS.
“Ya ngga papa, kan memang gratis. Tapi kadang sedih juga, kalau lagi sakit tapi diperlakukan kurang ramah begitu” Jawab ku singkat.
Hampir sejam lebih kita memang membahas kondisi rumah sakit itu, banyak juga ternyata foto-foto dan video yang mereka ambil saat di rumah sakit. Bahkan ada yang selfi juga, aku tidak mengetahui mereka sempat berfoto di sampingku. Karena yang aku tahu, sepertinya tidak diperkenankan mengambil gambar foto dan video di dalam rumah sakit untuk kebijakan privasi pasien. Mulai dari pelayanan kita bahas, dokter nya kita bicarakan, bagian administrasi yang terlalu ribet juga diulas paling lama, dan topik kamar mandi yang mungkin menurut mereka tidak layak huni juga jadi bahan gunjingan. Beberapa perawat juga tak luput dari kritikan kami. Bahkan Faras dan Elsa sampai mencatat poin-poin negatif Rumah Sakit itu di Hp-nya. Kita pun tertawa begitu saja membincangkan ini sebagai perbincangan biasa saja antar teman.
Setelah makan, aku akan ke perpus dan menunggu Pak Jono seperti janjinya tadi. Kami pun berpisah, makanan sudah selesai, Elsa berbaik hati membayar semua makan kami tadi.
“Ndin, kamu jangan lupa upload juga ya... foto, video, dan captionnya...” Kata Faras.
“Iya..” Aku mengiyakan. Memegang hape ku, dan mengarahkan jemariku untuk klik Share to.
“Biar pelayanannya ditingkatkan, dan meskipun gratis tapi dapat pelayanan yang terbaik!” Elsa menambahkan.
“Betul… ini aku buatkan juga petisi di petisi.org” Kata Maria, dan semua mengamini.
Sore yang agak sedikit mendung, jalanan besar masih sangat ramai kendaraan berlalu lalang. Mulai sepi saat memasuki gang jalan masuk desa. Lebih banyak persawahan dan perkebunan di sekitar.
Aku di belakang bersama Nia. Pak Jono dan Bu Isda istri beliu di bagian depan. Hanya seratus meter lagi kita akan sampai di rumah ku. Aku masih bercanda dengan Nia di dalam mobil. Kabar baiknya, ranking anak pertama Penjaga Lab Fakultas Pertanian dan Guru Biologi SMA Swasta ini masuk peringkat 5 besar.
Awalnya masih di ranking 15. Sedangkan di depan, sepasang suami istri itu masih asyik membicarakan Issue Dinas Kesehatan Nasional yang mulai goyah keuangannya.
Lembaga Negara Penjamin Jasa Kesehatan banyak mendapat sorotan publik beberapa hari terkahir ini. Masalah kesehatan jadi trending topic.
Tawa ku terhenti. Tertegun. Sejarak dua rumah dari rumah ku nampak Bapak dan Ibuku menerima banyak tamu. Ada tamu yang sepertinya dari petugas Rumah Sakit, ada beberapa yang membawa alat recorder dan booknote. Seperti wartawan dan jurnalis. Memang sedikit kewalahan dan bingung, Bapak-Ibuku menjawab pertanyaan tamu-tamu tadi. Ada beberapa petugas kelurahan yang juga hadir, seperti berusaha membantu Bapak dan Ibuku. Aku turun dari mobil, mendekat ke tetangga yang di luar rumah sembari bertanya. Seperti masyarakat desa pada umumnya, mereka tidak tahu apa maksud sesuatu itu tapi berturut-turut mendengar dan menyampaikan sesuatu tersebut. Mereka mengatakan padaku katanya “Cerita ku Viral”, meskipun mereka tidak tahu makna arti viral itu sendiri.
Aku kembali menghubungi Elsa, Faras, Maria, dan Ani. Sedihnya, saat ku telfon, mereka semua tidak mau tahu menahu terkait postingan viral cerita negatif pelayanan RS tempat ku di rawat itu. Katanya, memang banyak yang turut mendukung. Tapi banyak juga yang comment negatif, bahkan men-dm mencibir serta mencela topik yang kita bahas di kantin sekolah tadi. Mereka seketika menghapus repost-repost-nya, teman-teman ku bukan tokoh dalam cerita viral ini, jadi mereka bisa menghilang dari masalah saat itu juga.
Sebuah klik jemari Share To ke Media sosial berlogo huruf F warna biru itu, membawa banyak dampak bagi kehidupan masing-masing orang. Yang seharusnya tidak aku posting begitu saja. Jawaban dari mereka, teman-teman kelas ku, banyak dari Media mengaitkan cerita ku dengan konflik kepentigan di Dinas Kesehatan Nasional. Unggahan ku sudah terlanjur menyebar. Aku sungguh menyesal. Aku kembali ke dalam mobil. Menghindar dari para pencari berita itu. Entah sampai kapan? Sampai topic ini tidak trending lagi.
“Itulah juga Ndin, kenapa Ayah Nia, sangat ketat dan jahat saat para mahasiswa mau meminjam perkakas Lab. Karena dia juga pernah mengganti 20 juta harga alat ventilator yang rusak, dan tak ada yang mau mengaku siapa penyebabnya.” Istri Pak Jono mengingatkan ku pelan.
“Karena Jari kamu, adalah kamu Tuannya” Tutur Pak Jono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H