Mohon tunggu...
eko wahyu
eko wahyu Mohon Tunggu... -

Satu Hati Satu Cinta Satu Jiwa Satu Tekad Satu Perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Burung Pun Punya Tradisi Berkumpul di Malam Jumat Kliwon

4 September 2010   06:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sleman – Keberadaan Dusun Ketingan di Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman memang sangat penting mengingat desa ini memiliki habitat burung kuntul dan burung blekok yang populasinya luar biasa banyaknya. Dusun Ketingan ini telah menjadi habitat dari ribuan koloni kuntul dan blekok sejak 1997 dan ribuan burung ini selalu datang dikala musim penghujan saat mereka memasuki musim kawin.

Namun pernakah Anda menyaksikan perilaku burung kuntul atau blekok dalam sehari-hari? Kehidupan burung kuntul ini memang cukup unik karena setiap pagi kumpulan burung kuntul ataupun blekok ini selalu pergi bersama-sama,terbang untuk mencari makan. Tempat mencari makannya pun sangat jauh bahkan jaraknya bisa puluhan kilometer dari rumahnya di Dusun Ketingan, seperti di Imogiri maupun Kulonprogo. Sementara kegiatan migrasi yang dilakukan Burung Kuntul ini biasanya terjadi pada akhir Agustus atau pertengahan September dan kembali pulang pada pertengahan bulan November, yang kemudian dilanjutkan dengan membuat sarang.

Suasana ramai burung di Dusun Ketingan ini juga terjadi pada bulan Januari – April dimana jumlah burung semakin banyak apalagi ribuan burung ini mengeluarkan suara yang saling bersahutan sehingga suasana berisik di atas kampung ini akan sangat terasa. Mereka bersarang di pohon-pohon tinggi seperti pohon johar, mlinjo, adem ati, bambu, nangka dan flamboyan.

Menurut sesepuh desa Ketingan, burung Kuntul dan Blekok itu datang ke desanya hanya selang beberapa hari setelah Sri Sultan meresmikan salah satu jalan di dusun itu. Karena kebetulan inilah, penduduk desa yang masih percaya akan tuah dan berkah dari rajanya percaya bahwa burung-burung ini merupakan lambang keberuntungan. Keyakinan inilah yang membuat penduduk Ketingan sepakat untuk melindungi keberadaan kuntul dan blekok di desa mereka. Salah satu contoh upaya nyata adalah pelarangan perburuan kedua jenis bangau yang selanjutnya diterapkan pada semua jenis burung di seluruh wilayah dusun.

Ada yang menarik di dusun Ketingan ini. Ribuan Burung Kuntul dan Blekok ini selalu menggelar “acara” di setiap malam Jumat Kliwon saat bulan purnama. Entah apa yang dilakukan di malam jumat kliwon bulan purnama itu namun yang jelas, ribuan burung kuntul dan blekok ini seperti menggelar ritual setiap kali malam jumat kliwon bulan purnama. Masyarakat dusun tersebut pun mengaku heran melihat ribuan burung kuntul ini berkumpul di setiap malam jumat kliwon bulan purnama. Meski tidak ada mitos apa-apa namun masyarakat dusun tersebut percaya apa yang dilakukan burung kuntul memiliki arti sendiri bagi kehidupannya.

Kepala Paguyuban Desa Wisata Kabupaten Sleman, Haryono menjelaskan diatas kampung tiap malam jumat kliwon terang bulan, mulai dari petang hari hingga malam terlihat kelap kelip putih burung kuntul yang sedang mengepakkan sayapnya. Dan ini terjadi sejak 1997 hingga sekarang.

“Orang-orang pun heran mengapa setiap kali malam jumat kliwon terang bulan,ribuan burung ini berkumpul di atas kampung ini. Kalau mitos, sampai saat ini kami belum mendengarnya namun kebiasaan ini dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang positif demi mendukung habitat koloni burung kuntul dan blekok ini,” katanya.

Haryono menambahkan habitat burung kuntul ini akan rusak jika mendengar suara ledakan seperti petasan ataupun mercon, makanya di dusun Ketingan ini dilarang membunyikan petasan. Dusun Ketingan ini pernah ditinggalkan ribuan Burung Kuntul ini ketika anak-anak memainkan petasan yang diberikan warga Australia yang berkunjung di dusun ini yang mengakibatkan burung-burung pergi. Habitat Burung Kuntul ini juga pernah rusak karena adanya bencana gempa bumi yang terjadi di DIY Jateng Mei 2006 lalu. Sementara kehidupan burung kuntul pun terus berlangsung, dan burung yang mati pun akan terlihat bangkainya yang jatuh dari pohon.

“Biasanya burung yang mati adalah burung yang masih anak-anak, kemungkinan ini terjadi akibat seleksi alam supaya tidak terjadi over populasi,” imbuhnya.

Di samping keberadaan burung kuntul dan blekok, dusun Ketingan masih kental dengan nuansa budaya pedesaan. Pengunjung dapat secara aktif terlibat berkegiatan di sawah, tegalan ataupun kandang ternak. Selain itu pengunjung dapat pula mengikuti kegiatan kesenian, seperti jathilan, gejog lesung, pek bung, atau belajar membuat jamu atau emping mlinjo yang diolah dengan sederhana.**( Eko Wahyu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun