Saya mendapat informasi tentang MeMiles sekitar tiga atau empat bulan lalu. Seorang kawan mengirimkan pesan melalui Whatsapp akan digelarnya acara perkenalan Memiles di Yogyakarta.
Dengan segala iming-iming yang luar biasa itu, saya lantas curiga. Ada yang tidak beres dalam 'investasi' ini. Saya pun lantas mengecek daftar investasi ilegal versi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ternyata perusahaan yang digunakan Memiles tercantum di sana.
Saya lantas menyampaikan itu kepada teman saya, yang ternyata sudah ikut berinvetasi alias ikut top up. Katanya, pertama ia top up barang berupa emas batangan. Hanya dengan sekian ratus ribu dijanjikan akan mendapatkan emas batangan.
Konon, ia yakin karena dalam sebuah acara ia ditunjukkan langsung emas tersebut oleh orang-orang yang sudah berhasil meraihnya. Sistemnya, pada posisi omzet nasional mencapai jumlah tertentu, maka ia akan mendapatkannya.
Teman saya itu masih beberapa kali datang ke rumah. Meski awalnya berbincang tentang soal lain, ujung-ujungnya ke Memiles juga. Dan saya katakan, saya tidak tertarik karena sangat tidak masuk akal.
Di luar dugaan, dia justru semakin bersemangat. Ia bercerita sudah top up lagi (padahal top up yang pertama belum dapat). Kali ini berupa mobil, angka top-up nya sekitar tujuh jutaan dan dijanjikan tidak ada setahun bisa dapat mobil. Ini semakin tidak masuk akal.
Kemudian saya tanya dari mana asal uang perusahaan untuk memberikan barang-barang itu. Ia jawab dari hasil iklan Google! Karena setiap hari ribuan member Memiles diminta buka aplikasi yang ada iklan dari google, dan google yang akan membayar.
Ini semakin tidak masuk akal, karena saya tahu periklanan google (google adsense) tidak memungkinkan perilaku semacam ini. Sengaja klik iklan pasti akan dibanned oleh google.
Hanya saja karena banyak para member terhipnotis dengan kata-kata yang mencatut nama periklanan Google sehingga mereka percaya. Kini terbukti dengan diungkapnya investasi Memiles oleh pihak kepolisian ada yang tidak beres dengan invetasi ini.
Sayangnya telah jatuh banyak korban hingga puluhan ribu dengan uang ratusan milyar. Padahal seharusnya sejak awal bisa terdeteksi ada yang tidak beres di Memiles.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H