Mohon tunggu...
Eko To
Eko To Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mengapa Orang Lebih Memilih Curhat kepada AI?

26 Desember 2024   14:42 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:42 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, teknologi telah memainkan peran yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu trend yang semakin populer adalah kecenderungan orang untuk curhat kepada Artificial Intelligence (AI). Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa orang cenderung memilih berbagi cerita dan masalah pribadi kepada AI daripada kepada manusia lain. Apakah ini menunjukkan bahwa manusia sudah tidak dapat dipercaya lagi sebagai pendengar curhatan yang baik?

Perkembangan Penggunaan Teknologi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penggunaan teknologi telah merasuk ke berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari aplikasi chatting, asisten virtual, hingga platform curhat online yang menggunakan teknologi AI.

Kehadiran teknologi telah memudahkan akses dan komunikasi antarindividu tanpa terkendala oleh jarak geografis maupun waktu. Hal ini membuat orang lebih mudah untuk mencari bantuan atau sekadar mencurahkan hati kepada AI yang siap mendengarkan tanpa menghakimi.

Keterbukaan yang Dirasakan Saat Berinteraksi dengan AI

Berinteraksi dengan AI dapat memberikan rasa keterbukaan tanpa adanya rasa takut atau kekhawatiran akan konsekuensi yang bisa timbul ketika berbagi kepada manusia. 

Manusia mungkin merasa lebih nyaman berbicara kepada AI karena tidak perlu khawatir akan dihakimi, disalahpahami, atau informasi yang dibagikan disebarluaskan kepada orang lain. Hal ini memberikan kebebasan ekspresi yang lebih leluasa bagi individu untuk mengungkapkan perasaan maupun masalah pribadi.

Keterbatasan dalam Mendapatkan Empati dari Manusia

Meskipun keberadaan AI dapat memberikan rasa keterbukaan, namun hal tersebut tidak dapat menggantikan peran empati yang diberikan oleh manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan moral, simpati, dan empati secara lebih mendalam daripada AI yang hanya dapat merespon berdasarkan algoritma dan data yang tersedia. 

Keterbatasan dalam mendapatkan empati dari AI menjadi alasan mengapa beberapa orang tetap memilih untuk berbagi kepada manusia meskipun risiko dihakimi atau disalahpahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun