Mohon tunggu...
Eko To
Eko To Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengaruh Kata Bijak Mbok Sari

17 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sebuah desa kecil di pedalaman, hiduplah seorang wanita bernama Kukukbeluk. Kukukbeluk adalah seorang wanita yang cantik dan penuh semangat, namun di balik senyumnya yang manis, tersimpan luka dan penderitaan yang mendalam. Selama bertahun-tahun, ia telah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh suaminya, Atmo Karpet, dan keluarganya.

Atmo Karpet adalah seorang pria yang kasar dan otoriter. Setiap kali ia marah, Kukukbeluk yang akrab disapa Kukuk menjadi sasaran kemarahan dan kekerasan fisiknya. Pukulan, tendangan, dan kata-kata kasar selalu menghiasi kehidupan Kukuk setiap harinya. Namun, cobaannya tidak hanya datang dari suaminya, keluarga Atmo juga turut ambil bagian dalam perlakuan kejam terhadap Kukuk.

Ibu mertua Kukuk, Mak Comblang, adalah sosok yang sama-sama kejam. Dengan sikap otoriter dan sombong, Mak Comblang sering kali memperlakukan Kukuk dengan tidak manusiawi. Perempuan itu selalu merendahkannya, menghina keadaannya, dan menyalahkan seluruh kesalahan rumah tangga padanya.

Baca juga: Aku

Di tengah kondisi yang penuh penderitaan itu, Kukukbeluk mencoba untuk bertahan. Ia berusaha menyembunyikan luka dan kesedihannya di balik senyumannya yang tipis. Namun, dalam keheningan malam, air matanya tak pernah berhenti mengalir. Hatinya hancur dan jiwanya rapuh akibat perlakuan buruk yang didapatinya setiap harinya.

Suatu hari, ketika Kukukbeluk sedang merenung di tepi sungai yang tenang, seorang wanita tua yang bijaksana, Mbok Sari, mendekatinya. Wanita itu duduk di samping Kukuk dan mulai berbicara dengan lembut. "Sebuah bunga yang indah akan layu di tangan yang kasar. Kamu layak mendapatkan cinta dan perlakuan yang baik, Kukuk," ujar Mbok Sari dengan suara hangat.

Kata-kata bijak Mbok Sari menyentuh hatinya. Wanita tua itu memberikan dukungan dan keberanian pada Kukuk untuk mengubah nasibnya. Dengan langkah berani, ia memutuskan untuk mengakhiri siksaan yang dia alami selama ini. Dengan bantuan Mbok Sari, Kukuk berani melawan ketidakadilan yang menimpanya.

Kukuk mengajukan laporan atas kekerasan yang dilakukan oleh suaminya dan keluarganya. Proses hukum pun dimulai, dan setiap kekerasan yang dialami olehnya diungkap ke publik. Keberanian dan ketegasan Kukuk menimbulkan gelombang dukungan dari masyarakat sekitar, yang pada akhirnya membantu Kukuk mendapatkan keadilan yang telah lama ia rindukan.

Dengan berat hati, Kukukbeluk memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan keluarganya. Meskipun pahit, keputusan itu merupakan langkah menuju kebebasan dan kebahagiaan yang sejati baginya. Ia menemukan kekuatan baru dalam dirinya, dan dengan bantuan Mbok Sari serta dukungan dari masyarakat, ia memulai kehidupan baru yang lebih baik.

Kisah Kukukbeluk menjadi inspirasi bagi banyak wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Keberaniannya untuk berdiri tegak dan menghadapi ketidakadilan memberikan harapan bagi mereka yang masih terjebak dalam lingkaran kekerasan. Ia menunjukkan bahwa setiap perempuan pantas mendapatkan perlakuan yang adil dan penuh kasih, dan bahwa keberanian untuk berubah adalah kunci menuju kebahagiaan sejati.

Setelah Kukukbeluk memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan keluarganya, ia memutuskan untuk mengumpulkan keberaniannya dan mendiskusikan keputusannya dengan sahabat karibnya, Dinah, di kedai kopi kesayangan mereka.

"Eits, Dinah, lu ada rencana malam ini gak?" Tanya Kukukbeluk 

"Wah, belom ada nih rencana. Ada yang mau diajak nongkrong?" Balas Dinah bertanya pada Kukuk teman karibnya yang sudah terbiasa dengan bahasa gaul.

Mereka berdua adalah wanita desa yang sudah terkena virus bahasa gaul yang mereka tiru dari artis-artis muda di sinetron telivisi yang mereka tonton tiap hari. Sambil masak nonton sinetron, sambil seterika nonton sinetron, sambil makan atau ngopi di rumah nonton sinetron.

"Aku mau cerita nih, Din. Gue putusin buat ninggalin Atmo Karpet dan keluarganya."

"Seriusan, My? Wah, gue salut banget sama keputusan lo. Gue dukung banget, My!" Timpal Dinah sambil menepuk pundak Kukuk.

"Makasih, Din. Gue udah ga sanggup lagi, Din. Udah capek banget diperlakukan kayak sampah," jawabnya mantap.

"Yaudahlah, My. Besok kita gue ajak jalan-jalan, refresh otak lu. Lu butuh istirahat dari drama keluarga," ajak Dinah.

"Wah, makasih banget ya, Din. Gue bener-bener butuh temen kayak lo yang selalu ada buat gue," ujar Kukuk kegirangan.

"No problem, My. Kita sahabat, kan? Kita saling support satu sama lain. And remember, girls support girls!"

"Iyaa, girls support girls, Din. Aku bersyukur punya sahabat sebaik lo, Din," terangnya.

"Nah, sekarang kita pesen kopi dulu, My. Biar semangat cerita lebih banyak lagi!" Sambut Dinah dengan senang.

"Oke, nih. Aku pesen kopi susu favorit kita berdua. Let's enjoy the moment!" Timpal Kukuk seakan telah hilang luka hatinya.

"Yasss, kita enjoy the moment dan merayakan kebebasanmu, My!" Pungkas Dinah.

Mereka berdua tertawa dan bercanda, menikmati kebersamaan mereka di kedai kopi. Dinah memberikan dukungan dan saran yang membuat Kukukbeluk merasa lebih kuat dan berani menghadapi perubahan kehidupan yang dihadapinya. 

Mereka melewati malam dengan cerita-cerita yang menghibur dan tawa yang mengalir begitu saja, menunjukkan bahwa persahabatan sejati akan selalu hadir dalam setiap lika-liku kehidupan.

Batu, 17122024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun