Oleh: Eko Windarto
Seperti Socrates, saya percaya bahwa tujuan sejati hidup adalah untuk terus mencari pengetahuan dan kebijaksanaan, serta mempertanyakan keyakinan dan nilai-nilai yang kita pegang.
Tujuan hidup seringkali menjadi pertanyaan yang mendalam dan kompleks bagi banyak orang.
Sebagian orang mungkin percaya bahwa fokus utama dalam hidup adalah mencari makna yang lebih dalam dan memahami tujuan atau misi yang lebih besar.
Di sisi lain, ada juga yang meyakini bahwa kebahagiaan dan kepuasan pribadi adalah hal yang paling penting dalam menjalani kehidupan.
Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi perdebatan antara mencari makna hidup dan mencapai kebahagiaan, serta bagaimana kedua aspek tersebut dapat berdampingan dalam menjalani kehidupan yang bermakna.
Pencarian makna hidup sering dihubungkan dengan konsep eksistensialisme yang dipopulerkan oleh para filsuf seperti Socrates, Nietzsche, dan Viktor Frankl. Mereka meyakini bahwa manusia memiliki kebebasan untuk menciptakan makna dalam kehidupan mereka sendiri melalui tindakan dan pilihan yang mereka buat.
Bagi mereka, kesadaran akan kehampaan dan ketidakpastian kehidupan manusia mendorong individu untuk mencari makna yang lebih dalam.
Salah satu pendapat terkenal dalam konteks ini adalah teori eksistensial Viktor Frankl. Frankl, seorang psikolog dan korban dari Holocaust, mengembangkan Logoterapi yang menekankan pentingnya memiliki tujuan hidup yang jelas untuk mengatasi penderitaan dan kesulitan.