Candi Supo menjadi destinasi populer bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah dan arsitektur Jawa kuno.
Dengan restu Mpu Sindok, Mpu Supo memulai pembangunan tempat peristirahatan keluarga kerajaan beserta Candi Supo di sekitarnya.
Mata air yang mengalir tak jauh dari tempat peristirahatan itu, sering digunakan untuk mencuci keris-keris sakti dari Kerajaan Medang. Kegiatan mencuci keris sakti itu membuat mata air yang semula terasa dingin menjadi mata air panas. Sampai saat ini, mata air panas tersebut menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.
Berdasarkan kisah dari mulut ke mulut, sebutan Kota Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro. Mengutip dari buku Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, ulama tersebut bernama Abu Ghonaim atau dikenal sebagai Kyai Gubug Angin.
Abu Ghonaim, atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Gubug Angin, merupakan tokoh yang berperan penting dalam sejarah Kota Batu. Keberadaannya telah memberikan inspirasi dan arahan bagi masyarakat Kota Batu dalam merajut sejarah dan membangun identitas kota ini.
Dengan kedalaman makna dan nilai-nilai yang diwariskan, Kyai Gubug Angin tetap diingat dan dihormati hingga saat ini sebagai simbol kearifan lokal Kota Batu.
Dengan menggali lebih dalam tentang berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, kita dapat memahami betapa beragamnya sejarah dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kota Batu.
Batu, 19112024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H