Mohon tunggu...
Eko To
Eko To Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Telusuri Makam Peneleh: Jejak Sejarah dan Keragaman budaya

15 November 2024   17:06 Diperbarui: 15 November 2024   17:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makam Peneleh, yang berlokasi di Jalan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, merupakan salah satu situs bersejarah yang kaya akan kisah masa lalu.

Dibangun pada tanggal 1 Desember 1847, makam ini secara resmi dioperasikan sebagai jawaban atas permasalahan kelangkaan ruang pemakaman bagi kaum Eropa di masa itu. 

Nama 'Peneleh' sendiri berasal dari bahasa Jawa yang merujuk pada keadaan yang terpelihara dengan baik, mencerminkan perhatian dan pentingnya tempat ini dalam sejarah kawasan tersebut.

Menurut penuturan sejarawan Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo, sejarah pembangunan Makam Peneleh berkaitan erat dengan kondisi penuhnya makam Eropa sebelumnya di Krembangan pada akhir abad ke-18, tepatnya pada tahun 1790-an. 

Makam Eropa Krembangan di Jalan Krembangan adalah bukti nyata dari peningkatan jumlah jenazah kaum Eropa yang memerlukan tempat peristirahatan terakhir. 

Dengan berdirinya Makam Peneleh, sebagian jenazah dari Makam Krembangan pun dipindahkan ke tempat yang baru tersebut.

Pada era 1920-an, sebagian lagi jenazah dari Makam Krembangan dipindahkan ke Makam Kembang Kuning. Hal ini menandai perpindahan dan evolusi tempat pemakaman di Surabaya seiring dengan pertumbuhan populasi dan kebutuhan akan ruang pemakaman yang lebih luas.

Makam Peneleh kemudian melakukan pemakaman terakhir pada tahun 1964, menyempurnakan perannya sebagai tempat persemayaman bagi berbagai kalangan.

Baca juga: Ngopi di Pojok Kafe

Dalam konteks penggunaan, Makam Peneleh tidak hanya diperuntukkan bagi warga sipil dan orang Eropa, namun juga memberikan pemakaman kepada individu non-Eropa yang memiliki privilege atau keistimewaan.

Dengan demikian, makam ini menjadi simbol dari harmoni dan keberagaman budaya yang melingkupi masyarakat Surabaya pada masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun