Kejadian tersebut bukan hanya diketahui oleh orang yang ikut pengajian tersebut saja, namun juga hampir seluruh mata bisa melihatnya termasuk kepada anak-anak yang menontonnya.
Anak-anak merupak peniru ulung. Mereka belajar bukan hanya dari apa yang diajarkan namun juga apa yang mereka lihat. Ketika mereka melihat tindakan yang tidak pantas, dan oleh masyarakat itu dianggap biasa, maka anak akan mencontohnya dan beranggapan bahwa hal tersebut hal yang biasa di masyarakat. Itulah mengapa kasus bullying di sekolah masih meningkat dan sulit untuk diberantas.
Data mengatakan bahwa kasus bullying di sekolah masih tinggi. Tindakan kekerasan verbal dan juga fisik masih sering terjadi. Mereka tidak menyadari bahwa korban bullying akan bertahan seumur hidup. Kata-kata bagaikan pisau yang tajam, yang akan melukai hati. Dengan kejadian ini mengajrkan kepada kita betapa pentingnya menjaga lisan terutama di hadapan public.
Setiap orang mungkin khilaf dengan apa yang mereka lakukan. Namun yang terpenting adalah bagaimana sikap kita terhadap khilafan kita, apakah akan dilakukan kembali atau bertaubat dan menjaga lisan. Di era digital, apa yang kita lakukan mudah sekali tersebar luas.Â
Begitu juga dengan akibatnya. Satu tindakan akan mempengaruhi kehidupan di masyarakat. Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk menjaga lisan dan perbuatan kita.
Anak-anak adalah penerus bangsa. Jika kita ingin membangun bangsa yang baik, maka kita harus memberikan teladan yang baik juga untuk anak-anak. Menghormati orang lain merupakan salah satu nilai yang harus kita ajarkan kepada anak-anak sejak dini.
Peristiwa ini juga menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk menjaga emosi. Literasi emosional bukan hanya soal tentang memahami diri sendiri, namun juga tentang memahami orang lain, serta dampak yang akan diberikan kepada orang lain.Â
Peristiwa ini juga memberikan Pelajaran bagi pejabat negara, tokoh masyarakat, public figure, guru, dan siapa pun itu untuk selalu bertindak dan berucap yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Jika kita ingin menghentikan bullying, maka mulailah dari kita sendiri. Berhentilah mengatakan bahwa hinaan itu merupakan hal yang biasa. Kita juga harus selektif dalam memilih kata-kata, sehingga lawan bicara kita merasa tidak di bully atau dihinakan.
Semoga peristiwa ini tidak memberikan dampak negatif terhadap perkembangan bicara dan emosional anak-anak kita yang telah menonton. Semoga anak-anak kita mampu membedakan antara candaan dan hinaan.
Stop Bullying!