Mohon tunggu...
Eko Suryo Pranoto
Eko Suryo Pranoto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah pekerja keras dan seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merdeka Bangsaku

17 Agustus 2024   15:36 Diperbarui: 17 Agustus 2024   15:36 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki bulan Agustus di Indonesia merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia. Mereka menunggu moment tersebut untuk mengadakan sebuah kegiatan yang menyatukan masyarakat sekitar. Sebut saja perlombaan panjat pinang. Kegiatan tersebut sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat, karena jenis permainannya yang berbeda dan juga hadiah yang diberikan juga bukan hadiah yang murah. Televisi, sepeda, bahkan di beberapa daerah hadiahnya adalah sepeda motor. Hadiah yang sangat luar biasa, oleh sebab itu perlombaan panjat pinang selalu banyak pesertanya, selain ingin mendapatkan hadiah yang berada di ujung pohon pinang, ternyata sebagian masyarakat mengikuti perlombaan panjat pinang hanya ingin memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Tak kalah pentingnya adalah setiap kegiatan perlombaan yang digelar oleh masing-masing wilayah itu memberikan semangat persatuan dan kesatuan serta semangat kemerdekaan. Balap karung, makan kerupuk, balap kelereng, memasukkan benang ke dalam jarum juga merupakan kegiatan yang ditunggu oleh anak-anak. Mereka pun ingin memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia dengan bertanding, memperebutkan juara yang kalau dibilang hadiah yang diberikan tidak sebanding dengan perjuangan anak-anak melakukan perlombaan tersebut. Anak-anak harus mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menjadi juara dan mendapatkan hadiah berupa buku tulis dan perlengkapan sekolah.

Berbeda dengan kondisi para politikus yang juga sedang memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia, mereka sibuk dengan mengobral janji-janji manis kepada rakyat. Mereka menjanjikan rakyat Indonesia akan sejahtera jika rakyat memilih mereka. Entah sudah berapa kali pemilu digelar di Indonesia, namun yang kita rasakan masih banyaknya rakyat yang belum mampu meninggalkan garis kemiskinan. Rakyat harus membeli berbagai macam barang pokok dengan harga yang mahal, belum lagi biaya sekolah yang terus meroket, mengakibatkan banyaknya anak-anak Indonesia yang putus sekolah.

Memberikan janji manis sudah biasa dilakukan oleh para elit politik. Mereka tidak segan untuk memberikan bingkisan sembako untuk rakyat dengan harga yang begitu mahal, demi mengambil suara dan memuluskan jalan mereka untuk menuju kursi kekuasaan. Tak apalah mengeluarkan beberapa ratus juta bahkan beberapa miliar hanya untuk meraup suara agar mereka dapat duduk di kursi kekuasaan.

Selain itu, kita saksikan juga maraknya politik dinasti yang melanggengkan seluruh keluarganya untuk bisa menduduki kursi kekuasaan. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, para elit politik begitu gencar memperjuangkan anak, mantu dan juga saudaranya untuk terus berkibar di kursi kekuasaan. Selagi masih berkuasa, dengan segala cara mereka memuluskan jalan agar keluarganya bisa duduk di kursi kekuasaan walau setelah mereka sudah tidak menjabat lagi. Ironi, di negeri yang penduduknya sudah 270 juta, namun para elit politik hanya memperjuangkan anak, mantu dan keluarganya. Sedangkan rakyat hanya diberikan bantuan sosial yang jika dijadikan uang perhari hanya mendapatkan beberapa ribu rupiah. Apakah ini bukan bukti bahwa kemerdekaan masih tidak dirasakan oleh rakyat kecil? Mereka para elit terus memakan harta rakyat tanpa melihat rakyat kecil yang sedang kesulitan mencari sesuap nasi.

Baru-baru ini kita membaca berita bahwa ada seorang driver ojek online yang meninggal saat mengantre mengambil makanan untuk diserahkan kepada costumernya. Di saat mengantre ternyata, driver ojek online itu tiba-tiba jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir. Informasi yang didapat oleh beberapa rekan driver ojek online, ternyata driver tersebut meninggal dikarenakan tidak kuat menahan lapar dan tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Ironi memang, disaat pemerintah menggelontorkan uang sebesar Rp 87 miliar untuk perayaan upacara hari kemerdekaan RI ke-79 di Ibu Kota Nusantara (IKN), namun masih ada rakyat Indonesia yang mati karena kelaparan. Sungguh ini merupakan kekejaman yang dilakukan oleh negara. Bukankah di dalam UUD 1945 rakyat dilindungi oleh negara? Tapi pada kenyataannya, pemimpin negeri ini sibuk memelihara kekayaan lewat jalur nepotisme. Sudahkan rakyat Indonesia merasakan kemerdekaan?

Rakyat mati kelaparan bukan hanya terjadi pada driver ojek online saja, kita tengok dibeberapa daerah terpencil pun, kita dapati masih banyak rakyat Indonesia yang harus menahan lapar karena tidak memiliki makanan. Bahkan tidak jarang kita temui, mereka-mereka yang tidak bisa makan hidup dikandang ayam, tidur beralaskan plastik sampah, bahkan masih sering kita temui di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya rakyat tidur beratapkan langit dan tidur di gerobak-gerobak yang disulap menjadi tempat tidur disaat malam, dan menjadi tempat pengumpulan barang-barang rongsokan disaat siang hari.

Diskriminasi dalam kebebasan memeluk agama dan menjalankan kenyakinan agama sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila pun masih terjadi. Meskipun diskriminasi ini tidak terang-terangan melarangnya, namun bagi rakyat yang ditindas kenyakinannya tidak memiliki pilihan selain mematuhinya. Kita sebut saja pelarangan penggunaan jilbab bagi anggota putri Paskibraka 2024 yang akan dikukuhkan oleh Presiden, merupakan salah satu pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh pejabat negara. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan Pancasila, menjadi penghancur nilai-nilai Pancasila yang selama ini dilindungi oleh undang-undang. Entah sentiment pribadi atau memang tidak menyukai salah satu agama yang ada di Indonesia, ketua BPIP melarang penggunaan jilbab bagi 18 anggota Paskibraka putri yang akan dikukuhkan di Ibu Kota Nusantara pada tanggal 13 Agustus 2024 lalu.

Itulah beberapa potret kemerdekaan Republik Indonesia. Sang elit politik, pemimpin negeri ini sibuk dengan memelihara kekuasaan mereka dan memperkaya diri sendiri. Sedangkan rakyatnya harus berjuang mempertahankan kenyakinan agamanya dan juga mencari sesuap nasi hanya untuk bisa bertahan hidup dikerasnya Republik tercinta ini. Masalah sosial lainnya yang menghinggapi rakyat Indonesia adalah, banyaknya perjudian yang berakibat pada rusaknya mental anak bangsa. Tidak jarang kita temui mereka yang melakukan judi tega untuk melakukan tindakan pidana seperti mencuri, bahkan kekerasan dalam rumah tangga. Pemerintah hanya membasmi para pelaku judi online, namun tidak memberantas para mafia-mafia judi online tersebut.

Hari kemerdekaan seharusnya menjadi catatan penting bagi penguasa untuk terus memperbaiki kinerja yang tinggal beberapa bulan lagi berakhir. Seharusnya mereka mencari solusi dari setiap permasalahan, dan juga mencari solusi agar para investor mau kembali membuka perusahaan mereka di bumi Indonesia sehingga rakyat tidak kesulitan mencari pekerjaan. Dengan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh negeri kita tercinta, tidak sepatutnya para pejabat mempertontonkan kemewahan mereka di sosial media.

Perpindahan ibukota yang terlihat buru-buru pun menjadi akar permasalahan ekonomi bangsa ini. Belum adanya investor asing yang mau menanam sahamnya di Ibu Kota Nusantara (IKN) mengakibatkan bengkaknya anggaran negara. Rp 466 triliun anggaran yang harus disiapkan untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN). Biaya yang tidak sedikit untuk membangun keinginan beberapa kelompok saja. Seandainya uang Rp 466 triliun digunakan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia, pastilah tidak akan kita temui driver ojek online yang meninggal dunia karena kelaparan. Juga tidak kita temui antean mengular para pencari kerja.

Semoga dengan bertambahnya usia Republik Indonesia yang ke-79 memberikan dampak yang baik bagi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia tidak menjadi masyarakat yang tertinggal secara ekonomi, sosial, dan budaya. Selamat ulang tahun negeri tercinta kita. Semoga kemakmuran dan kesejahteraan yang tertuang dalam Pancasila dapat terwujud sehingga kita dapat menyongsong Indonesia emas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun