Selama ini hi-touch tertinggal jauh dari laju perkembangan teknologi. Narasi filsafat, standar normal, rumusan nilai-nilai dan konsep-konsep sosiologi masih mengacu pada textbook klasik. Sudah terlampau lama warga dunia tidak memperoleh pijakan filsafat baru yang lebih kompatibel dengan kompleksitas yang terjadi di zaman baru.
Demikian pula dengan absennya acuan moral baru yang sanggup melindungi identitas kemanusiaan ditengah riuhnya kehidupan sosial dan ekonomi serba digital. Tak jauh beda dengan konsep-konsep sosiologi yang juga perlu pemutakhiran segera.Â
Lebih parah lagi adalah penggunaan qaidah fiqih dan ushul fiqih yang perlu penyempurnaan secara radikal. Cara pandang, penyesuaian sikap dan cara peribadatan pada situasi darurat akibat pandemi Covid19 mengindikasikan bahwa para agamawan yang paling tertinggal dalam konsolidasi doktrin teologis dan formula yuridis.
Tugas para pemuka hi-touch terlalu berat kalau hanya mengandalkan nalar. Akses termudah adalah dengan berlandasan pada fitrah manusia dan kemanusiaan yang memungkinkan cepat terpenuhinya kebutuhan hi-touch.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H