Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

#JanganMudikDulu demi Keselamatan Diri dan Keluargamu!

21 Mei 2020   02:45 Diperbarui: 21 Mei 2020   02:58 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indahnya Ramadan ketika dengan sepenuh hati dan perasaan menjalankan ibadah puasa. Totalitas dalam ta'abud (beribadah) menghasilkan jiwa tawakal dan insan yang takwa kepada Allah SWT. Suatu keindahan ruhaniyah yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang mengalaminya.

Keindahan itu makin lengkap dengan datangnya hari Idul Fitri yang merupakan hari dimulainya aktualisasi sosial jiwa bersih paska Ramadan. Aksi pertama adalah silaturahmi dan sungkem kepada orang tua, tetangga dan saudara. Tujuannya untuk melebur dosa dan kekhilafan yang terjadi dalam hubungan antar sesama.

Ekspresi kebahagiaan mendalam kasat mata dari senyum lebar dan pancaran wajah-wajah penuh ketulusan. Gelombang jiwa yang seirama menghendaki saling berjumpa hanya untuk berbagi asa.

Kerabat yang dekat ingin selalu bergandeng dan berjabat tangan. Keluarga yang jauh ingin pulang ke kampung halaman ingin menuntaskan kerinduan terpendam.

Jika Keadaan Abnormal

Sumber puspensos.kemsos.go.id
Sumber puspensos.kemsos.go.id
Gambaran keindahan Idul Fitri diatas adalah potret kebahagiaan khas umum terjadi jika keadaan normal. Namun berhubung darurat memaksa untuk menundanya maka masyarakat perlu menyesuaikan pada keadaan. Dengan maksud menghindari mudharat yang jauh lebih besar: keselamatan jiwa.

Mewabahnya virus Corona sejak beberapa bulan lalu di negeri kita memaksa semua warga untuk cepat beradaptasi menyiasati keadaan. Penyesuaian yang diperlukan adalah membangun kebiasaan baru yang lebih save terhadap ganasnya penularan virus tersebut.

Banyak ragam kebiasaan baru yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pula kebiasaan lama yang wajib dihapus dari pola hidup sehari-hari. Mengenakan masker, rajin cuci tangan dengan hand sanitizer, menjaga jarak personal, menghindari kerumunan orang, mengurangi perjumpaan dengan orang tua,  tidak mengusap wajah dan puluhan kebiasaan lain yang tak boleh lepas dari kewaspadaan.

Pembatasan pergerakan orang mutlak diperlukan guna menghentikan perluasan area pandemi. Pembatasan itu hampir diterapkan oleh semua pemerintah daerah yang dimulai dari pemerintah ibukota Jakarta.

Dengan pemberlakuan aturan itu warga masyarakat tak leluasa lagi untuk bepergian jauh termasuk tradisi mudik lebaran. Namun segenap warga masyarakat perlu menyadari demi kepentingan yang jauh lebih besar.

Sumber: polresta Denpasar via liputan6.com
Sumber: polresta Denpasar via liputan6.com
Meluasnya pandemi Covid19 ke segala penjuru akibat dari pergerakan bebas masyarakat di musim mudik sungguh membahayakan. Bencana nasional tak terkendali akan menjerumuskan warga pada penderitaan tak terperi.

Kematian dalam jumlah sangat besar akan terjadi akibat banyaknya orang tertular virus Corona yang tak tertampung dalam rumah perawatan medis. Kepanikan makin menjadi-jadi ditengah kehidupan masyarakat.

Akibat lanjutannya ekonomi lumpuh, negara kehabisan kas yang tersedot untuk biaya penanggulangan luasnya bencana pandemi. Gambaran berikutnya tentu lebih mengerikan yang tak cukup ruang untuk mendeskripsikannya.

Oleh karena itu kepedulian semua warga masyarakat dibutuhkan untuk menghentikan laju penularan covid19. Grafik yang cenderung naik keatas harus secepatnya dibalik arahnya lebih datar lalu kemudian menurun.

Musim mudik lebaran tahun ini sangat krusial karena sifatnya yang massal dari episentrum pandemi Covid19. Keikhlasan dan kesediaan berkorban untuk bersabar bertemu keluarga di kampung halaman sangat besar artinya bagi keselamatan bangsa kita.

Saatnya selebrasi kemenangan berperang melawan hawa nafsu diwujudkan dalam bentuk pengorbanan demi keselamatan diri, keluarga, saudara dan handai taulan. Kesediaan satu orang untuk tidak mudik tahun ini berpotensi menyelamatkan ratusan hingga ribuan orang di perjalanan dan di kampung halaman.

Lalu jika jutaan orang yang biasa mudik lebaran ikhlas menunda atau bahkan tidak mudik tahun ini maka puluhan juta penduduk pulau akan aman dari penularan virus Corona. Mari kita buktikan jiwa suci di hari yang fitri nanti membawa maslahat bagi orang lain, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada cara lain
Kebahagiaan mudik dan berjumpa keluarga di kampung halaman bisa diganti dengan cara lain. Kemajuan teknologi smartphone memungkinkan untuk dijadikan sarana silaturahmi live.

Dalam situasi darurat silaturahmi virtual akan memberikan manfaat yang sama dengan perjumpaan fisik. Keluarga di desa akan lebih bahagia menerima video call kita daripada bertemu fisik tetapi memendam rasa cemas terpapar virus Corona.

Hemat saya lebih bermakna silaturahmi online yang jauh lebih murah dibanding pulang kampung yang mahal dan beresiko tinggi. Silaturahmi sejati adalah bertemunya dua hati yang bersih dan saling merindukan. Bisa jadi jauh dari ukuran sentuhan fisik.

Karena itu pertimbangkan sekali lagi keinginan untuk mudik ditengah ancaman pandemi Covid19. Lebih baik dan lebih bijaksana #janganmudikdulu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun