Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Audhubillahi minasysyaithonirrojim. Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil alamin.
Wabihi nastainu 'ala  waumuriddunyaddiin. Wassolatu wassalamu 'ala asrofil anbiyaa'i wal mursalin. Wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in.
Qolallahu ta'ala fil kitabihil karim wahuwa asdaqul qo'ilin..
Audhubillahi minasysyaithonirrojim. Bismillahirrahmanirrahim
Yaa ayyuhalladzina amanu kutiba'alakumussiyamu kama kutiba alalladzina minqoblikum la'allakum tattaqun.
Para hadirin, para pembaca yang dirahmati Allah SWT.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, hidayah dan inayahnya. Sehingga pada kesempatan ini kita bisa berkumpul dan bersua secara virtual dalam rangka berbagi ilmu dalam suasana Ramadan yang indah ini.
Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, dengan penuh harap dhahiran wa bathinan atas limpahan syafa'at nya di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.
Para hadirin dan pembaca yang dimuliakan Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai mahluk paling sempurna sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tin yang berbunyi:
Laqod kholaqnal insaana fi ahsani taqwim.
(Sesungguhnya telah Aku jadikan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan).
Kesempurnaan itu tercermin dalam kelengkapan dimensi dalam diri manusia. Â Jasmani - rohani, lahir - batin, Â jiwa - raga, bashariyah - insaniah, jasad - ruh, akal dan perasaan.
Kompleksitas sebagai representasi dua hal berpasangan tersebut juga banyak dibabar oleh ulama salafus salih yang bisa kita akses melalui berbagai riwayat dan juga dokumen intelektual berupa kitab-kitab klasik yang hingga kini masih banyak dikaji di pesantren dan dijadikan inspirasi kehidupan pribadi, sosial dan keagamaan masyarakat luas.
Saudara-saudaraku yang saya hormati.
Syaikhul Akbar Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam magnum corpus -nya Ihya Ulumuddin menuturkan adanya dua dimensi besar dalam diri manusia. Kedua dimensi itu dirinci kemudian diuraikan mendetil sehingga terlihat lebih jelas anatomi bashariyah (raga) dan lebih-lebih anatomi ruhaniyah (jiwa - qalbu) yang menjadi fokus kitab tersebut.
Sedikit gambaran unsur dominan diri manusia itu pada aspek ruhaniyahnya. Untuk melukiskan ruhani manusia Imam Al Ghazali mendefinisikan beberapa bagian aspek ruhani manusia diantaranya : qalbu, sir, fuad, ruh dan nafs. Semua memiliki karakteristik masing-masing walaupun dalam ragam istilah bahasa-bahasa di negeri kita hanya memberi satu konsep: hati.
Nafs sendiri berkembang sesuai penjelasan ulama tasawuf terperinci menjadi setidaknya tiga tingkat hawa nafsu manusia. Tersebut disitu nafsu amarah, nafsu lawamah dan nafsu mutmainah. Dengan penjelasan nafsu amarah nafsu binatang buas dalam diri manusia. Nafsu lawamah nafsu binatang badan besar (kerbau - sapi) dalam diri manusia. Terakhir nafsu mutmainah (nafsu patuh) pada ketentuan Allah SWT. (Munjiyat, karya Syaikh Soleh Darat)
Saudara-saudaraku yang saya hormati,
Paling lengkap dan rumit adalah ketika mengikuti definisi masing-masing penyakit hati yang umum menjangkiti qalbu manusia. Imam Al Ghazali menegaskan ada sembilan sifat madhmumah (sifat buruk) dalam hati manusia yang perlu diwaspadai.
Pertama adalah setan dalam arti leksikal. Setan disini dipahami sebagai makhluk halus ciptaan Allah SWT yang berunsur buruk. Unsur material setan itu bisa masuk dengan mudah lewat godhob (murka) manusia. Setelah masuk material setan menyebar lewan jalan darah ke seluruh jasad manusia.
Kedua nafs (hawa nafsu) keinginan yang menguasai hati manusia sehingga menutupinya dari keinginan taat pada Allah SWT.
Ketiga syahwat perut dan farji, dilukiskan dalam kitabnya besar-besarnya kerusakan itu diakibatkan syahwat perut dan kelamin.
Keempat penyakit lisan, menerangkan bahaya ucapan lisan manusia.
Kelima godhob, khuqud, khasud marah,  tak senang dengan kebaikan dan prestasi orang lain.
Keenam suka dunia yang menutupi hakikat akhirat.
Ketujuh bakhil, pelit dengan milik pribadi tak ada sifat pemurah.
Kedelapan al-jah, riya' artinya suka pamer
Kesembilan takabur, sombong
Penyakit hati yang sembilan itu sangat ganas menyerang dan mudah menular ke banyak orang. Lebih-lebih jika yang menyeponsori adalah tokoh besar atau figur publik.
Karena itu waspadalah wahai saudara-saudara sekalian. Tidak mudah membersihkan hati yang sudah berkerak dan keras. Hanya inayah (pertolongan) Allah SWT yang sanggup mengembalikan hati kepada fitrah yang suci, jernih, tenang, damai dan welas asih.
Allah maha pemurah, kita diberi peluang besar dalam bulan Ramadan dengan segala keistimewaannya. Beberapa riwayat menyatakan Ramadan sebagai bulan rahmah karena penuh limpahan kasih sayang Allah SWT.
Kemudian sebagai bulan maghfirah karena penuh ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa hambanya. Lalu terakhir bulan ithqonum minannar (pembebasan manusia dari api neraka).
Dari riwayat itu jika dimaknai dengan cara pandang lain adalah bahwa Ramadan itu merupakan satu hamparan luas untuk dijadikan medan pertarungan bagi manusia yang ingin derajat lebih baik. Hingga derajat terbaik yaitu manusia bertakwa.
Kesempatan untuk memperoleh predikat baru sebagai pemenang tentu melalui serangkaian pertempuran. Lalu dalam konteks Ramadan karena dimensinya ukhrawi maka lawan terbertnya tentu hawa nafsu yang bercokol dalam hati sebagai representasi dimensi ruhani manusia.
Manusia telah diberi peta jalan oleh ulama makrifat menuju kegemilangan melalui puasa dalam tiga segi. Puasa normatif sesuai kaidah syari'at yakni kuat menahan syahwat makan, minum dan seks pada pasangan sah dari fajar hingga maghrib.
Kedua puasa dari nafsu yang menjangiki panca indera. Mata ditahan dari keinginan melihat yang menimbulkan syahwat selanjutnya. Telinga diberhentikan dari mendengar pembicaraan tak penting. Kaki dan tangan dihindarkan dari langkah tindakan tak terpuji.
Ketika puasa tertinggi yakni menahan gerak hati yang menuju sifat-sifat m
buruk hati tadi seperti yang dijelaskan Imam Al Ghazali dalam sembilan sifat madzmumah.
Dengan perang totalitas lahir batin di bulan penuh berkah ini insyaallah akan menjadi ruhani saudara-saudara akan sampai pada titik balik yang akan mengubah semua warna lebih baik, lebih barakah dan lebih manfaat di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.
Demikian sedikit siraman rohani dari saya semoga bermanfaat.
Bila ada tutur kata yang tidak berkenan di hati saudara-saudara saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhiron wal afwu minkum
Wallohul muwaffiq ila aqwami thariq
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H