Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan dan Spiritualitas Tawa Natural Anak-anak Masa Lalu

12 Mei 2020   23:38 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Eko S Nurcahyadi

Perlakuan apapun tidak mengurangi kegembiraan anak-anak yang sedang birahi menikmati indahnya dunia.

Berkah Ramadan
Masih banyak aksi-aksi konyol anak-anak jaman old yang bisa dikisahkan sebagai pelengkap berkah bulan puasa. Semua cerita kecil itu menjadi bagian tak terpisahkan dari agungnya bulan suci Ramadan.

Ramadan selalu memberikan ruang suka cita yang luas bagi siapa saja. Termasuk di dalamnya anak-anak dan remaja belia. Keceriaan alamiah mereka senantiasa ada dan selalu tetap dari dulu hingga kini dan hingga masa mendatang.

Bagi mereka ekspresi kegirangan yang tampak onar itu bisa dimaknai sebagai luapan kegembiraan yang berkualitas spiritual. Karena itu penting untuk diperhatikan selain tuntunan untuk melaksanakan ibadah formal juga perlu memberi keleluasaan pada mereka mengekspresikan kegirangannya.

Wujud kegembiraan khas bocah-bocah culun itu perlu dimengerti sebagai laku rohani yang terjadi secara natural. Sehingga cara alamiah menggembirai datangnya bulan suci Ramadan itu seyogyanya dipelihara hingga dewasa dan masa tua.

Dalam satu riwayat hadis nabi Muhammad SAW yang potongan redaksinya "barang siapa bergembira dengan datangnya bulan Ramadan maka diharamkan dari api neraka". Inilah relevansi suka cita natural anak-anak dan remaja belia dengan keharusan orang dewasa untuk kembali belajar bersuka cita ala anak-anak yang memang suci bersih dari dosa.

Semoga kita bisa bertadris (belajar) dari tawa canda ceria putra putri kita.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun