Solidaritas Berbuah Prestasi
Anak-anak sekolah yang miskin, terbelakang, dekil dan urakan dengan sentuhan cinta dan panduan hati bersih Bu Mus mampu menjalin persaudaraan penuh kesetiakawanan. Sepuluh anak-anak aneh tersebut adalah:
1. Ikal, sang tokoh utama
2. Lintang, anak seorang nelayan tangguh
3. Mahar, sang seniman kecil
4. Sahara, satu-satunya perempuan pada awal tahun ajaran
5. Trapani
6. Borek, sang pengganggu
7. Kucai, ketua kelas
8. A Kiong, satu-satunya siswa Hokian
9. Syahdan
10. Harun, murid ke sepuluh, anak terbelakang mental namun jadi penyelamat hingga sekolah batal ditutup.
Solidaritas yang terbentuk laksana ikatan persahabatan tak terpisahkan. Saling jaga, saling asah, saling asih dan saling asuh. Bu Mus menamainya Laskar Pelangi untuk anak didiknya. Mereka selalu menikmati hari-harinya dengan tawa canda. Belajar bersama, bermain bersama dan menggantang cita-cita bersama.
Hingga pada satu momen lomba hari ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia (HUT RI) yang menjadi ajang unjuk prestasi sekolah, Â Mahar dan kawan-kawan meraih juara pertama pentas seni. Jadilah SD Muhammadiyah itu juara umum yang menyebabkan tertariknya siswa sekolah lain pindah ke sekolah tempat gang Laskar Pelangi berada.
Laskar Pelangi: Siswa Kelas Dunia
Pada sekuel selanjutnya film Laskar Pelangi 2 mengisahkan bahwa pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan di masa kecilnya setelah tiba waktunya memberi bekal mental yang sangat tangguh untuk mengejar cita-cita.
Kontruksi mental yang terbentuk memungkinkan untuk memperoleh achievement tak terbatas. Beberapa diantaranya menjadi pelajar kelas dunia dengan karya yang juga kelas dunia.
Film Laskar Pelangi dan sekuelnya yang diadaptasi dari novel karya novelis produktif dan terkemuka Andrea Hirata pantas dihargai. Walaupun sudah menjadi kecenderungan umum bahwa film yang diangkat dari cerita novel akan kesulitan mengakomodasi semua imajinasi penulis cerita maupun pembacanya.