Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Berbagi dalam Pusaran Pandemi Covid-19

19 April 2020   01:16 Diperbarui: 19 April 2020   01:20 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tumbuhnya solidaritas

Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Keadaan menyedihkan yang menimpa golongan masyarakat rentan krisis akhirnya menggugah kesadaran sekelompok orang berlebih secara finansial. Sebelum kebijakan resmi bantuan sosial dikucurkan pemerintah mereka secara sporadis telah memulai menyantuni kaum miskin.
Kini pembagian dus-dus nasi secara gratis kepada kelompok duafa dilakukan banyak pihak di kota-kota besar. Pembagian paket sembako juga setiap hari dilakukan.

Ada juga beberapa lembaga memrakarsai distribusi gratis berbagai jenis masker dan cairan sanitizer kepada semua orang yang ditemuinya. Penyemprotan di rumah-rumah penduduk secara berkala dilakukan oleh banyak organisasi sosial kemasyarakatan nirlaba.

Aksi-aksi sosial partikelir seperti itu tentu sangat menggembirakan sebelum instansi-instansi pemerintah melakukan. Kesadaran sosial sekelompok individu lebih cepat terbentuk dan akan bertahan lama dibanding eksekusi rencana lembaga-lembaga donor skala besar yang bersifat prosedural.

Reaksi spontan masyarakat berlebih untuk membantu saudara-saudaranya yang kurang beruntung sangat besar artinya dalam menguatkan ketahanan sosial. Pada akhirnya tumbuhnya solidaritas antar segmen juga akan mempercepat penyelesaian krisis jika tidak terinterupsi oleh manufer elit yang membawa agenda politik terselubung.

Masyarakat Indonesia yang terkenal religius sangat akrab dengan konsep kebahagiaan hakiki. Penganut agama formal menyebutnya kebahagiaan ilahiyah atas kehendak Tuhan. Para penghayat kepercayaan lokal mengistilahkannya sebagai rohso sejati.

Beberapa pribadi bahkan mengatakan mengalami rasa jenis itu yang kemudian banyak diverbalkan sebagai pengalaman ruhani.
Dengan karakter seperti itu umumnya masyarakat Indonesia mudah tergugah rasa empatinya. Lalu secara kolektif mudah pula terbangun solidaritas antar kelompok sebagai sesama warga masyarakat.

Itulah mengapa masyarakat Indonesia tergolong mudah dalam mengobati luka sosialnya. Situasi kritis selalu melahirkan kisah indah akan kepedulian, kebersamaan dan kesatuan.

Rasa sejati menjadi akar kukuhnya keutuhan masyarakat kita. Manusia Indonesia akan selalu menempatkan spiritualitas sebagai hal pokok dalam hidupnya. Karena itu berempati adalah hal mudah dan berbagi adalah hal indah secara personal maupun konteks sosial.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun