Pesantren-pesantren, madrasah-madrasah, diniyah-diniyah, TPQ-TPA dan forum-forum pengajian lainnya bergantian mengadakan haflah tasyakur lil ikhtitam. Inilah yang membuat malam atau siang di bulan Saban tak pernah sepi dari rupa-rupa kegiatan tradisi dan agama.
Pada acara keagamaan bercita rasa budaya ini juga memuat makna mendalam. Pengaruhnya terrepresentasi dalam pola hidup yang jauh dari kemubaziran (pemborosan) dan kemudharatan (kerugian).
Rasa gembira setelah selesai menjalani tugas penting ta'lim wa muta'alim (belajar dan mengajar agama) satu tahun ajaran cara mengekspresikannya juga tak lepas dari kemanfaatan. Tak seperti selebrasi pada umumnya melalui ekspresi kegembiraan yang melenakan.
Apa yang ada pada bulan Saban atau bulan Ruwah merupakan perpaduan sempurna antara ritus-ritus agama dan budaya. Ketika pesan sakral dalam agama berasimilasi secara apik dengan tradisi hasilnya adalah pengukuhan nilai universalitas yang tahan lama.
Kesahduan dalam keheningan dan kohesivitas dalam keragaman sosial sulit terjadi tanpa platform budaya yang menyediakan rupa-rupa ritus bersama untuk semua segmen masyarakat.Â
Kesadaran sebagai makhluk rohani dan berjiwa sosial yang signifikan peningkatannya menjadi modal penting ketahanan masyarakat dari ancaman krisis akibat gempuran budaya asing melalui kemajuan teknologi informasi.
Kenaikan level ruhani masyarakat pada umumnya juga berkorelasi pada ketenangannya dalam menghadapi ancaman bencana lainnya. Termasuk tingkat akurasi mensikapi merangkaknya grafik epidemi virus covid19**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H