Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruwahan dan Peningkatan Kesadaran Rohani Masyarakat

11 April 2020   17:48 Diperbarui: 22 April 2020   18:56 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan Saban, satu nama bulan dalam kalender hijriah, menjadi bulan tersibuk bagi masyarakat tradisional islam di Jawa khususnya. Disepanjang bulan itu banyak dipenuhi agenda acara religio-cultural.

Pada bulan yang jatuh sebelum bulan suci Ramadan itu banyak masyarakat melaksanakan ritual tradisi yang bernuansa religi. Juga sebaliknya banyak juga masyarakat mengakhiri perjalanan beragama dan bermasyarakat dengan acara religi penuh nuansa tradisi. Kedua fragmen adat tersebut akan memenuhi hari-hari di bulan Sakban.

Bekti arwah leluhur

Foto dokumen pribadi
Foto dokumen pribadi
Sudah menjadi naluri turun temurun pada bulan yang juga disebut Ruwah (diambil dari bahasa Arab arwah) itu ada ritual ruwahan yakni sebuah acara ritual kirim doa sebagai wujud bekti kepada para leluhur. Untuk acara kirim doa pada arwah ini di pesisir Jawa saat ini biasa disebut khaul akbar .

Pada tradisi ruwahan tersebut memuat arti sangat penting bagi kehidupan sosial keagamaan masyarakat. Universalitas tradisi kirim doa pada ahli kubur (leluhur) bahkan menembus sekat primordial. Walaupun umumnya ritual kirim doa pada para orang tua, guru dan sesepuh yang telah berada di alam kubur (beberapa tempat di pedalaman Jawa Tengah menyebutnya nyadran) dilakukan dengan lafal-lafal tahlil berbahasa Arab.

Namun tak sedikit warga masyarakat beragama non muslim dan warga minoritas etnis non Jawa turut serta secara khidmat mengikuti rangkaian acara tersebut. Satu hal yang tak mungkin dilakukan tanpa sense of ownership yang tinggi atas tradisi itu.

Makna universal akan kecintaan pada leluhur (orang islam tradisional menyebutnya ahli kubur) yang diwujudkan dalam bentuk simpul tradisi budaya sanggup menguatkan kohesivitas sosial yang beragam dalam keyakinan dan juga perbedaan gradasi status sosial. Sehingga dengan itu selain terpeliharanya harmoni sosial juga peningkatan level (maqom) rohani masyarakat yang tidak eksklusif milik kelompok agama tertentu dalam satu komunitas.

Selain ritual tradisional ruwahan (nyadran) pada bulan Saban juga terdapat momen akhir bulan yang disebut punggahan. Menurut penuturan pemuka agama islam di salah satu kampung berkultur santri, pada bulan itu semua catatan amal manusia selama satu tahun akan dinaikkan ke langit oleh malaikat.  

Oleh karena itu manusia sebagai hamba Tuhan maka penting artinya untuk menambah akumulasi amal kebaikan guna memperbanyak catatan amal ibadah. Bersamaan dengan itu sebagai persiapan pelaksanaan puasa di bulan Ramadan perlu menengadahkan tangan keatas mohon ampunan atas kekhilafan selama satu tahun berlalu.

Hal itu dilakukan semata-mata untuk membersihkan jiwa guna memperoleh kekuatan menjalankan laku puasa. Bisa dimengerti jika  persiapan harus matang mengingat perang melawan hawa nafsu sebulan penuh tidaklah ringan.

Akhirus sanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun