Islam Jawa
KemenanganPaska kekalahan dalam persaingan politik dengan putra angkatnya Danang Sutawijaya menandai berakhirnya dominasi kekuasaan Sultan Pajang. Jaka Tingkir yang saat itu bergelar Sultan Hadiwijaya memilih khidmat melalui jalur kultural.
Pilihan itu ternyata bernilai strategis dan sangat fundamental. Dus, bernilai jangka panjang lebih besar makna sejarahnya bila dibandingkan makna sejarah kekuasaan manapun di tanah Jawa dan Nusantara.
Kerja kultural dan keagamaan Hadiwijaya dan anak turunnya telah melahirkan pesantren-pesantren besar Jawa. Ulama-ulama besar dan berpengaruh dari Lasem, Kajen (Pati), Langitan, Tambakberas, Tebuireng, Denanyar, Rembang, Grobogan dan lain-lain hampir semua silsilah genetisnya nyangkut pada diri Sayid'Abdurrohman (Hadiwijaya).
Dapat dikatakan bahwa format beragama Islam masyarakat Jawa yang terformulasikan dengan baik dan berimbang antara doktrin, tradisi dan kebangsaan terkonsolidasi dengan baik berkat kerja kultural Hadiwijaya yang kini diperankan oleh jaringan pesantren dan jaringan ulama besarnya. Formula racikan Hadiwijaya lebih dari empat abad jadi platform kehidupan beragama, berbudaya dan bernegara oleh masyarakat Jawa dan (semoga tidak berlebihan) kini oleh masyarakat Nusantara.
So, destinasi wisata yang menyimpan legenda dan cerita sejarah layak jadi prioritas bertraveling. Tujuannya selain berlibur juga given history (makna kebesaran sejarah) masa lampau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H