"Merdeka di era digitalisasi itu adalah mampu membebaskan diri dari penjara mental untuk melakukan transformasi pemikiran dari pola pikir lama menjadi pola pikir kekinian"
(dr.Eko S.Nugroho,MPH)
Indonesia telah merdeka 74 tahun lamanya, bangsa yang cukup tua jika dibandingkan dengan usia manusia. Namun faktanya banyak pemimpin "berguguran" di era digitalisasi dan era disrupsi saat ini. Akibatnya, organisasi pun banyak yang "berguguran". Karena ia tidak mampu melakukan transformasi di organisasinya yang berawal dari ketidakmampuan atau bahkan ketidakmauan melakukan transformasi pemikirannya.
Organisasi yang berguguran di bangsa yang telah merdeka karena ia seolah menjadi organisasi yang memenjarakan dirinya sendiri.
Baik disadari maupun tidak disadari. Padahal transformasi organisasi terjadi diawali dari kemampuan dirinya melakukan perubahan demi perubahan. Setiap ada kondisi yang menuntut perubahan, organisasi kemudian enggan melakukannya dengan beragam alasan:
"Belum dilakukan kajian mendalam"
"belum terbukti hasilnya"
"belum saatnya"
"belum ada sumber daya nya"
dan segudang alasan keraguan lainnya. Hingga pada akhirnya ia gagal atau terlambat melakukan perubahan pada saat yang tepat. Ironisnya, padahal ia mampu, tapi pemikirannya yang membuat ia enggan melakukannya.
Organisasi seperti ini telah terpenjara yang menjadi tahanan dalam penjara pemikiran!
Menghadapi penjara organisasi maka sepertinya hanya ada satu yang paling penting dan perlu untuk dibebaskan, perlu dimerdekakan, yaitu Anda! Setelah anda merdeka lalu merdekakan orang lainnya di sekitar anda hingga kemudian akhirnya organisasi terbebas dari penjara pemikiran.
Bebaskan diri anda, jika tidak anda akan terjebak dalam pola pikir lama, pola pikir yang tidak akan berguna di era saat ini, di era digital, di era disruptif, di era transformasi yang terjadi secara besar-besaran. Anda akan mati dan membusuk di dalamnya.
Lalu bagaimana caranya membebaskan diri dari penjara pemikiran?
Miliki pola pikir baru dan kekinian!
Pola pikir kekinian itu ada ciri nya, yaitu:
1. Dramatic change is the new normal.
Dulu orang mendambakan kestabilan dan kemapanan. Namun tidak di jaman sekarang. Sekarang jamannya perubahan-perubahan terjadi demikian cepat dan kondisi yang serba tidak pasti adalah hal yang normal. Kestabilan yang baru adalah perubahan itu sendiri. Orang dengan pola pikir kekinian mampu melakukan sintesa dengan cepat atas hipotesa pemikiran terhadap kejadian-kejadian yang ada dan terhadap fakta-fakta yang ada untuk kemudian mengambil keputusan dalam waktu singkat. Dramatic change need dramatic action. Jangan disikapi dengan pola pikir jadul apalagi cara-cara lama sebuah tesis hasil sintesa jaman dulu.
2. Problem is the mother of innovation.
Orang dengan pola pikir kekinian akan menganggap masalah bukan masalah, tapi masalah adalah kesenjangan yang perlu dicarikan solusinya bersama dengan sumber daya yang ada. Ia tidak mengeluh, ia tidak menyalahkan, namun justru ia hadir mengambil peran memberikan usulan. Alih-alih menunggu masalah berlalu ia justru kreatif mencari solusi dan bersama mewujudkannya menjadi sebuah inovasi yang memiliki value bagi dirinya dan orang disekitarnya.
3. collaborating more than competing each other.
Dulu orang saling berkompetisi memperebutkan sumber daya alam dari dibelahan bumi utara hingga selatan. Sekarang sumber daya alam semakin habis tersisa hanya sedikit akibat kompetisi berdarah-darah di masa nya, sumber daya semakin langka. Kini saatnya berkolaborasi. Kelangkaan sumber daya tidak untuk diperebutkan, namun dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama saling berbagi, saling berkolaborasi. Tidak perlu memiliki segalanya, tapi saling membuka diri untuk berbagi sumber daya, berkolaborasi bersama akan melengkapi satu dengan lainnya.
Masih banyak pola pikir baru lainnya yang perlu kita miliki untuk meraih kemerdekaan di era digital saat ini, tiga pemikiran di atas termasuk hal utama yang perlu dimiliki sebagai individu yang hidup di era saat ini.
Saya pun masih terus belajar dan berusaha membebaskan diri dari penjara ini. Agar dapat menjadi individu yang benar-benar merdeka dan mampu memerdekakan orang lainnya.
Saya akhiri tulisan ini dengan kutipan dari pejuang kemerdekaan bangsa ini yang pernah dipenjara untuk membatasi gerak langkah perjuangannya, namun apa yang ia katakan dapat menjadi renungan...
"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas"
(Bung Hatta)
Merdeka!!!!
17 Agustus 2019
dr.Eko S.Nugroho,MPH
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H