Mohon tunggu...
Eko Santoso
Eko Santoso Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SMP N 2 GRINGSING

Altitude lover

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

8 Oktober 2024   19:42 Diperbarui: 8 Oktober 2024   20:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini saya akan merefleksi terkait pengalaman belajar saya selama mempelajari modul 2.3 yakni Coaching untuk Supervisi Akademik. Tak hanya itu, saya juga akan mencoba mengkoneksikan modul coaching dengan dua modul sebelumnya yakni pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

A. Pengalaman Reflektif Mempelajari Modul

Mempelajari modul coaching untuk supervisi akademik sangat membuka cakrawala pengetahuan saya. Prinsip-prinsip coaching yang mengedepankan hubungan kemitraan, percakapan coaching yang kreatif, serta memaksimalkan potensi coachee, menempatkan coaching jauh mengungguli pendekatan human development yang lain seperti mentoring, training, konseling, dan facilitating. Karena esensi tujuan coaching adalah fokus pemberdayaan potensi coachee dalam mencapai tujuan yang dinginkan melalui pengambilan keputusan secara mandiri yang bertanggung jawab.

Semakin jauh mempelajari modul coaching untuk supervisi akademik, saya merasa tertantang untuk lebih mengembangkan kemampuan-kemampuan interpersonal saya pada proses pemahaman terhadap individu ketika berkomunikasi dengan menghadirkan diri secara penuh, menjadi pendengar yang aktif, serta mampu memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan sesuai substansi topik pembicaraan. Antusiasme diri saya meningkat selama mempelajari modul coaching karena secara langsung coaching mempunyai keterkaitan dengan disiplin ilmu yang saya geluti yakni konseling dan peran saya sebagai konselor sekolah.

Melalui alur belajar MERDEKA dalam mempelajari coaching saya menemukan bahwa muncul tren positif dan progresif dari saya pribadi terutama ketika mampu menghadirkan mindfulness pada sesi eksplorasi konsep tentang paradigm pendekatan coaching dari mulai memahami dengan seksama prinsip-prinsip pendekatan coaching, memahami tiga kompetensi utama coaching, dan menerapkan alur percakapan TIRTA dalam praktek coaching yang terdiri dari menanyakan tujuan, mengidentifikasi permasalahan coachee, menuntun coachee merancan rencana aksi, serta menuntun coachee untuk bertanggungjawab atas perencanaan yang telah dipilih.

Dalam beberapa poin, terkadang saya merasa kehilangan sedikit fokus terutama ketika mempraktekkan alur percakapan TIRTA pada sesi tugas demonstrasi kontekstual. Distraksi berasal dari kurangnya konsentrasi diri dan tuntutan kesempurnaan pada hasil atau produk yang akan dihasilkan. Mengatasi hal tersebut saya mencoba menerapkan kompetensi sosial emosional berupa manajemen diri, kesadaran sosial dan keterampilan berelasi untuk lebih mengontrol tingkat intensitas fokus dalam berkomunikasi dengan cara menunjukkan gestur tubuh yang mencerminkan kehadiran penuh terhadap coachee, meningkatkan empati dalam mendengarkan coachee secara aktif, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot dalam upaya pemberdayaan potensi coachee.

B. Analisis Implementasi Dalam Konteks CGP

Coaching merupakan satu-satunya pendekatan yang paling masuk akal dan relevan diterapkan dalam proses supervisi akademik di sekolah. Alasan utama relevansi coaching dalam praktek supervisi akademik adalah berfokus pada eksplorasi diri coachee dalam memaksimalkan potensi yang sudah ada.

Coaching adalah hubungan kemitraan yang dijalin penuh kehangatan dan keterbukaan melalui proses belajar bersama. Sehingga muncul kesetaraan status antara coach dan coachee yang menganulir miskonsepsi bahwa coach adalah orang yang sudah ahli dan coachee adalah individu yang masih belum ahli. Konsep ini selaras dengan filosofis KHD mengenai proses pendidikan yang menuntun dan peran guru sebagai pamong, bukan hakim yang secara mutlak menjadi penentu keputusan. Pun demikian dalam supervisi akademik yang tujuan utamanya adalah menuntun rekan sejawat atau guru lain untuk lebih mampu menggali kreatifitas-kreatifitas ide dan gagasan serta tujuan yang ingin dicapai bukan memutuskan solusi atas inisiatif dan kontrol penuh dari diri kita.

Realita yang terjadi, tidak jarang konsep pendekatan coaching belum sepenuhnya dilaksanakan dalam praktek supervisi akademik. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan supervisi akademik yang masih dilaksanakan secara insidental hanya di awal tahun ajaran, atau bahkan dilaksanakan formalitas sebagai prasyarat ketercapaian agenda kegiatan sekolah. Tentu saja contoh konkret tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip coaching.

Dari hasil observasi dilapangan ketidaktercapaian implementasi coaching dalam kegiatan supervisi akademik adalah kurangnya pemahaman oleh guru terkait pendekatan coaching yang diterapkan dalam praktek supervisi akademik. Miskonsepsi coaching yang disamakan dengan mentoring, atau training juga mengakibatkan penerapan coaching menjadi kurang maksimal.

Untuk mengatasi permasalaham tersebut, sangat diperlukan upaya-upaya sistematis yang berkelanjutan melalui program-program pendidikan yang ditujukan untuk para guru agar lebih memahami pendekatan coaching. Salah satu yang utama adalah dengan memprioritaskan guru yang belum berkesempatan mengikuti Program Guru Penggerak untuk mengikutinya. Langkah kolaboratif juga perlu dilaksanakan melalui diseminasi, In house training, dan atau pelatihan mandiri terkait pemahaman pendekatan coaching dalam kegiatan supervisi akademik.

C. Keterkaitan Modul

Tidak dapat dipungkiri bahwa keterkaitan modul coaching dengan modul sebelumnya terkhusus pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional sangat erat. Penguasaan guru dalam pembelajaran berdiferensiasi yang pada hakikatnya memaksimalkan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran memaksimalkan kebutuhan-kebutuhan belajar murid. Jika diimplementasikan kedalam praktek coaching pengejawantahannya terlihat dalam proses identifikasi dan pembuatan rencana aksi dalam alur percakapan TIRTA. Coach seyogyanya mampu memahami diferensiasi minat, bakat, dan segala potensi dari coachee. Pendekatan paradigma coaching secara langsung mampu meningkatkan kelima kompetensi sosial emosional yang pengimplementasiannya diwujudkan ketika menerapkan tiga kompetensi utama coaching.

Miskonsepsi sebelum saya mempelajari modul coaching adalah menyamakan coaching dengan pendekatan konseling yang sama-sama berfokus untuk menumbuhkan konseli atau coachee. Namun setelah mempelajari lebih dalam meskipun kedua pendekatan tersebut berfokus kepada klien, coaching unggul dalam hal fokus hubungan kemitraan yang bersifat setara antara coach dan coachee. Sedangkan dalam konseling, konselor dianggap sebagai seorang yang ahli sementara konseli adalah individu yang belum ahli dan layak untuk diberikan bantuan.

Upaya perbaikan dan peningkatan kedepan setelah mempelajari coaching adalah dengan mengimplementasikan dan mengintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan diluar supervisi akademik missal dalam pemberian layanan konseling. Dengan pendekatan coaching dalam konseling, akan lebih mendorong konseli untuk lebih meningkatkan kedewasaan dalam pengambilan keputusan dan memahami konsekuensi-konsekuensi yang mengikutinya.

Memperdalam pendekatan coaching dari berbagai sumber literasi diluar PGP adalah wujud nyata nilai kemandirian guru penggerak. Sebelum mempelajari coaching untuk supervisi akademik dalam Program Guru Penggerak, mengikuti webinar mengenai pendekatan coaching yang diselenggarakan berbagai lembaga pelatihan secara daring adalah upaya yang konkret menberdayakan potensi diri untuk lebih meningkatkan keterampilan dalam melakukan coaching kaitannya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid serta menumbuhkan nilai kolaboratif dengan rekan sejawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun