Murid sebagai subjek utama dalam dunia pendidikan adalah pribadi yang mempunyai kebermaknaan diri dalam keberagaman. Masing-masing membawa ciri keunikan diri yang perlu tuntunan guru sebagai pemimpin pembelajaran, tentunya disesuaikan dengan konteks zaman dimana, dan kapan mereka hidup dan bertumbuh. Sejalan dengan pernyataan tersebut, seyogyanya guru sebagai among mampu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan belajar yang beragam dari murid.
Kurikulum Merdeka sebagai upaya transformasi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia memberikan kebebasan siswa untuk mengakses kebutuhan-kebutuhan belajar masing-masing. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan pembelajaran yang berdiferensiasi. Memaknai bahwa masing-masing individu memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Keputusan-keputusan yang masuk akal tersebut berupa:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas.
- Bagaimana guru merespon kebutuhan belajar muridnya.
- Menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan kerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
- Manajemen kelas yang efektif (prosedur rutinitas dan metode).
- Penilaian berkelanjutan untuk rencana tindak lanjut untuk menentukan murid mana yang masih tertinggal atau yang sudah mencapai tujuan.
Langkah awal implementasi pembelajaran diferensiasi adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan belajar murid dilihat dari tiga aspek yakni;
- Kesiapan belajar murid atau readiness; Guru dapat melihat kesiapan belajar murid dengan melakukan observasi sebelum pembelajaran, memberikan pertanyaan pemantik, dan atau pemberian asesmen diagnostic.
- Mengidentifikasi profil belajar murid; Aspek ini adalah salah satu upaya kolaboratif guru dengan stakeholder lain yang ada di sekolah. Misal, mengetahui latar belakang murid melalui buku pribadi, menjalin komunikasi dengan orangtua murid, diskusi dengan rekan sejawat dsb.
- Memetakan minat belajar murid; Minat dapat diartikan sebagai ketertarikan individu terhadap suatu objek. Guru dapat menstimulus minat belajar murid melalui variasi konten pembelajaran, interaksi positif selama proses pembelajaran, dan atau opsi produk pembelajaran yang ditawarkan.
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat dilaksanakan oleh seorang guru melalui tiga cara yaitu:
- Diferensiasi konten atau isi; Guru dapat memvariasikan sumber belajar yang beragam, materi yang dapat diakses secara mandiri, dan atau inovasi dan kreatifitas delam penyampaian materi pembelajaran.
- Diferensiasi proses; strategi ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan model-model pembelajaran konstruktiv, dan berbasis projek yang mampu merangsang murid berpartisipasi aktif dan proaktif dalam pembelajaran.
- Diferensiasi produk; Guru memberikan akses opsi produk pembelajaran yang beragam yang disesuaikan dengan melihat ketiga aspek identifikasi kebutuhan belajar murid.
Dalam pelaksanaannya, guru tidak harus menerapkan ketiga strategi diferensiasi tersebut dalam satu sesi pembelajaran. Opsi salah satu penggunaan strategi berdiferensiasi, adalah keputusan yang masuk akal untuk menghindarkan miskonsepsi diferensiasi yang bersifat chaotic.
Pembelajaran berdiferensiasi sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia merupakan opsi yang paling relevan saat ini. Terlebih apabila tujuan pendidikan adalah menuntun murid dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebagai individu dan sebagai masyarakat. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memaksimalkan perannya dalam menuntun kodrat alam murid sesuai dengan tuntutan dan tantangan zaman.
Mengadopsi strategi pembelajaran berdiferensiasi dikelas menuntut guru untuk lebih mandiri dalam meningkatkan kompetensinya, menuangkan ide-ide secara lebih inovatif dan kreatif, dan dengan secara konsisten berkolaborasi dengan seluruh elemen sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang selalu berpihak kepada murid. Sehingga menciptakan ekosistem budaya sekolah yang positif dan well being.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H