Sementara para junior dan adik kelas tetap belajar dari kejadian tadi, mereka sudah dewasa dan bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, namun kebutuhan mereka akan nilai bagus membuatnya terlena, pilihan antara baik dan buruk mulai seliweran di benak mereka
“Rajin dan malas sama saja, sama-sama lulus. Skripsi hasil sendiri dengan skripsi abal-abal sama saja, karena akan membuahkan nilai yang sama.
Kejadian ini berlangsung terus menerus, turun temurun.. sang dosen favorit semakin favorit karena dikenal selalu memberi nilai tinggi tanpa peduli kualitas siswa, sang dosen yang berlaku sebagaimana layaknya dosen mendapat gelar dosen yang sering mempersulit siswa karena yang salah dibilang salah, mereka selalu dijauhi siswa karena selalu terliti dan mementingkan kualitas pendidikan serta kualitas lulusan demi menjaga nama baik kampus.
Sementara tukang sapu di pojok gedung hanya bisa termangu, dia prihatin melihat kondisi ini karena para dewa lebih melindungi mahasiswa pemalas dibandingkan dengan mahasiswa rajin. Mahasiswa pemalas diangkat nilainya agar terlihat pintar … Mahasiswa pintar dianggap wajar saja dapat nilai bagus, bagi para dewa yang penting jumlah lulusan banyak, yang penting mereka sudah lulus, masa bodoh dengan kualitas pendidikan karena targetnya bukan kualitas melainkan kuantitas mahasiswa.
Entah apa jadinya pendidikan negara ini kalau sampai kampus Abal Abul ada di negara kita.
Jauh di luar kampus … para sarjana abal-abal ini mentertawakan sang dosen favorit … mereka sudah tidak ada perlunya lagi dengan dosen favorit, sarjana abal-abal ini sudah mendapat nilai baik, tidak perlu lagi bermanis-manis di depan dosen favorit, tidak perlu lagi mereka pura-pura baik di depan dosen favorit, bahkan beberapa jam kemudian mereka sudah lupa dengan “kebaikan” dosen favoritnya …. buat apa diingat? toh sudah lulus, toh sudah dapat nilai bagus … Dosen Favorit sudah menjadi sejarah kelam bagi sarjana abal-abal …
Pertanyaan tak terucap juga terlontar dari tukang ojeg di seputaran kampus Abal-Abul …. Apabila tercipta Sarjana Abal-Abal … siapakah yang salah? siapakah yang bertanggung jawab? Apakah Mahasiswa? Apakah Dosen? Apakah sistem di kampus? ataukah sistem pendidikan negara?
Nahhhh menurut anda siapa?
Tulisan ini pernah saya publish dua tahun lalu di: https://ekoprobo.wordpress.com/2013/06/12/sarjana-abal-abal-salah-siapa/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H