Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Tukang Urut yang Terhormat

25 Oktober 2021   19:37 Diperbarui: 25 Oktober 2021   19:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Tukang Urut Yang Sangat Terhormat

            Suatu hari Abu Nawas diundang ke penjamuan makan malam Sang Sultan. Ia sangat gembira, tentu saja, dan merasa terhormat. Ia ingin ke Istana dengan pakaian terbaiknya. Seorang pelayan menyambutnya dan menunjukkan ia ke kursinya, yang terdekat dari Sang Sultan. Jenak seluruh menteri muncul dan mereka duduk di kursinya mereka. Orang terakhir yang memasuki ruang makan merupakan Sang Sultan yang duduk di kursi khusus.

            Di setiap piring terdapat ayam panggang yang lezat. Semerbak bau hidangan ayam itu membuat mereka keroncongan. Setelah memanjatkan doa Sang Sultan mempersilahkan mereka makan. Abu mengambil pisaunya dan garpu dan hendak mengiris ayamnya ketika Sang Sultan menghentikannya, "Tunggu, Abu!"

            "Ya, Baginda. Apakah ada yang salah?"

            Sang Sultan tersenyum. Kelihatannya Sang Raja ingin membercandainya lagi.

            "Sebelum kau memakan ayammu, kau harus camkan satu hal."

            "Apakah itu Baginda?"

            "Terserah yang kau lakukan kepada ayammu, aku akan melakukan itu kepadamu juga."

            "Apakah itu Baginda?"

            "Sebagai contoh, kalau kau potong sayapnya ayam itu, aku akan potong juga lenganmu."

            Abu Nawas nampak sedih dan kecewa, tapi hal itu tak berselang lama. Jenak wajahnya sumringah kembali. Tiba-tiba ia letakkan garpu dan pisaunya. Ia lantas mencubit sayap ayam itu. Sang Sultan menjadi terkejut,karena ia tak menyangka Abu akan melakukannya. Tetpi, ia tidak dapat menyangkall apa yang telah ia katakan, jadi ia mencubit lengannya Abu.

            Selanjutnya Abu menepuk punggung ayam. Sang Sultan juga menepuk punggungnya Abu. Setelah itu, Abu mengurut sayapnya ayam. Sang Sultan dengan ogah terpaksa juga mengurut lengannya Abu. Seluruh menteri ingin tertawa mereka tidak berani. Mereka buru-buru mendingkluk ke piring mereka. Setelah beberapa saat Sang Sultan berhenti mengurut Abu dan menepuk bahunya. "Baiklah Abu, kau makan ayammu sekarang!" ujar Sang Sultan sambil menyeringai.

            "Terima kasih, Baginda!" ujar Abu Nawas dengan gembira.

            'Kau selalu mampu lolos dari hukumanku," ujar Sultan Aaron lagi sambil multnya penuh makanan. Waktu itu Sang Sultan nampak terhibur dan puas. Beberapa menteri tersenyum dan beberapa lainnya cekikikan. Abu tidak begitu peduli tentang apa yang Sang Sultan katakan karena ia tengah menikmati sangat banyak ayam panggang.

            Disana ada banyak makanan dan riuh tawa selama sisa pesta. Semua menjadi senang.

Yogyakarta, 24 Oktober 2021

Catatan: Diterjemahkan dari buku berjudul Abunawas and King Aaron, retold by Sugeng Heriyanto, Cetakan ke-9, diterbitkan Kanisius pertama kali pada 2000.

Eko Nurwahyudin, pembelajar hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun