Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obat Khusus untuk Sultan

16 Agustus 2021   07:38 Diperbarui: 16 Agustus 2021   10:28 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obat Khusus Untuk Sang Sultan

Suatu hari Abu mendengar dari tetangganya bahwa Sang Sultan sakit. Seluruh dokter di negeri ini telah mencoba untuk menyembuhkannya namun semuanya gagal. Tetangganya menyarankan ia untuk pergi ke istana dan menyembuhkan Sang Sultan. Setelah mengenakan jubah terbaiknya, ia lantas pergi ke istana menjenguk keadaan Sultannya.

Ketika ia tiba di istana, suasana sangat sunyi-nyi. Ia langsung pergi ke ruangan Sang Sultan. Ia melihat Sang Sultan terbaring tak berdaya di atas dipan. Di samping dipan terdapat para menterinya. Mereka menatap amat prihatin. 

Salah satu menteri mendekati Abu Nawas dan lirih berkata. Ia berujar bahwa Sang Sultan tak ingin makan maupun minum. Ia juga tak ingin meminum obat. 

Abu melihat lebih dekat Sultannya beberapa jenak. Kemudian, tiba-tiba ia tersenyum cerdas seolah-olah mendapati sesuatu yang berharga pada wajah Sultannya. Ia meminta undur diri untuk pulang ke rumah sementara dan berjanji untuk segera kembali.

Ketika ia tiba dirumahnya, ia mengganti jubah terbaiknya dengan salah satu jubah usangnya yang telah sobek di beberapa titik. Ia menggunakan sebuah peniti besar untuk merekatkan sobekannya. 

Segera ia kembali ke istana. Ia mendekati salah seorang menteri dan berkata bahwa ia dapat menyembuhkan Sang Sultan dengan satu syarat, ia harus ditinggalkan sendirian dengan Sang Sultan di daalam ruangan.

Setelah semua orang keluar, Abu menutup pintu itu dan mendekati Sang Sultan. Ia menyelidik wajah Sang Sultan. Kemudian ia mencopot penitinya.

"Sang Sultan, saya mempunyai sebuah peniti yang besar dan lancip-cip di genggaman saya. Saya akan menghitung sampai tiga. Kalau anda tidak bangun saya akan mencudes peniti ini ke tumit anda. Saya tahu anda tidaklah sakit. Anda hanya pura-pura. Sekarang, saya mulai menghitung...satu... dua..."

"Tidak jangan lakukan itu Abu!" ujar Sang Sultan tiba-tiba. Ia segera bangkit dan duduk di kasur. "Katakan padaku. Bagaimana kau tahu bahwa aku tidak sakit?"

"Itu mudah. Wajah anda nampak kemerah-merahan."

Sang Sultan tersenyum, "Engkau benar, Abu. Aku hanya pura-pura. Aku hanya ingin tahu berapa banyak rakyatku yang mencintaiku."

"Mereka sangat mencintai anda. Mereka menjadi sedih ketika mereka mendengar bahwa anda sakit, dan mereka memanjatkan doa kepada Tuhan untuk kesehatanmu"

"Saya sangat senang mendengar itu. Tetapi, tolong Abu, kamu harus jaga rahasia ini. Ini Cuma jadi rahasia antara kau dan aku."

"Tak masalah, Baginda," ujar Abu sambil mengedipkan satu mata pada Sang Sultan. Abu pergi ke luar ruangan dengan senyum di wajahnya.

"Sultan kita sekarang membaik," ujar Abu. "Ia memakan makanan dan kemudian meminum obat," lanjutnya.

Semua orang nampak bingung. Mereka telah mencoba segala hal untuk membuat Sultan mereka makan makanannya dan meminum beberapa obat, tetapi gagal. Tetapi, ketika Abu datang selama beberapa menit bisa dengan gampang memaksanya. Mereka tidak bisa percaya. Mereka lantas memberondong Abu pertanyaan-pertanyaan manakala mereka mendengar suara yang keras dari dalam ruangan, "Hei, semuanya! Sini! Saya perlu bicara sama kalian."

"Lihat? Kukatakan padamu! Sultan kita kini membaik," ujar Abu tenang sambi lalu meninggalkan mereka.

Pare, 15 Agustus 2021

Catatan: Diterjemahkan dari buku berjudul Abunawas and King Aaron, retold by Sugeng Heriyanto, Cetakan ke-9, diterbitkan Kanisius pertama kali pada 2000.

Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kosakata : Cudes (jw) menusuk dengan sesuatu yang kecil dan berujung lancip, tidak memiliki mata tajam seperti duri dan peniti. Saya tidak dapat menemukan padanan kata dalam bahasa indonesia. Karena untuk menusuk saya kira lebih tepatnya menggunakan alat yang ukurannya lebih besar dan memiliki mata yang tajam seperti belati, pisau, parang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun